Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Raya and The Last Dragon" yang Kental dengan Kultur Asia Tenggara

4 Maret 2021   09:54 Diperbarui: 29 Maret 2022   13:42 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raya dan Tuk-Tuk (kredit: Disney/IMDb)

"Maybe it's broken because you don't trust anyone. You just have to take the first step" - Sisu

Negara Asia kembali menjadi inspirasi Disney melahirkan putri-putri rekaannya. Setelah Puteri Yasmin dan Mulan, kini giliran kisah petualangan seorang putri bernama Raya dengan inspirasi dari Asia Tenggara yang tertuang dalam film "Raya and The Last Dragon".

Kisah "Raya and The Last Dragon" ini berlatar di sebuah negeri yang indah dan subur bernama Kumandra. Dikisahkan di negeri ini para manusia dan naga hidup berdampingan. Hingga suatu ketika datanglah ancaman dari monster yang disebut Druun.

Druun menimbulkan malapetaka. Ia membuat manusia menjadi batu dan menyebarkan ketakutan. Para naga pun berjuang mengalahkan Druun hingga hanya satu naga yang tersisa. Sisu, naga terakhir menggunakan kekuatan permata untuk mengalahkannya.

Cerita berlanjut ke 500 tahun kemudian. Raya dan ayahnya, Benja, yang tinggal di kerajaan Hati bertugas menjaga permata Sisu. 

Suatu ketika ayah Benja mengumpulkan wakil-wakil kerajaan, seperti Kuku, Taring, Ekor, dan Tulang. Ia berupaya agar semua kerajaan bisa kembali rukun dan bersatu seperti dulu.

Kericuhan terjadi di kuil tempat permata Sisu berada. Permata tersebut pecah menjadi beberapa bagian. Mereka berebut potongan permata. Pecahnya permata itu kembali membangkitkan Druun.

Hanya ada satu-satunya harapan. Raya pun bertekad menemukan Sisu, naga yang keberadaannya mulai diragukan.

Benarkah Sisu menjadi kunci jawabannya?

Kultur Asia Tenggara yang Kental
Tunggu, sebelum membahas masalah kultur dalam film ini, rasanya saya perlu memberikan apresiasi kepada para penulisnya. Mereka di antaranya adalah Qui Ngunyen dan Adele Li. 

Mereka melakukan riset ke berbagai negara Asia Tenggara dan berkonsultasi dengan Dr. Steve Arounsack, Associate Profesor Antropologi Lao, California State University.

Premisnya mungkin tidaklah sesuatu yang benar-benar baru. Cerita naga sudah umum. Demikian juga dengan negara-negara yang terpecah dan keinginan untuk bersatu.

Meski tema tersebut sudah jamak, namun cara pengolahannya yang berbeda. Ibarat masakan, bahan-bahan utamanya sama tapi cara memasak yang berbeda, plus bumbu yang berlainan bikin hasil akhir masakannya juga berbeda.

Sungguh menyenangkan menyaksikan petualangan Raya, ada klan-klan yang memiliki karakteristik dan penampilan berbeda. Bentang alam tiap daerah juga beragam.

Raya sebagai tokoh utama awalnya ditampikan sebagai anak perempuan yang pemberani, kuat, dan juga bersahabat. Tapi karena pernah dikhianati, ia pun berubah menjadi pencuriga dan berwatak keras. Ia bukan karakter yang sempurna, tetap digambarkan sebagai sosok yang juga rapuh.

Raya dan Tuk-Tuk (kredit: Disney/IMDb)
Raya dan Tuk-Tuk (kredit: Disney/IMDb)
Karakter-karakternya selain Raya juga membuat penonton peduli dan bersimpati. Tuk-Tuk sahabat Raya berupa hewan semacam armadilo dan trenggiling itu lucu dan menggemaskan, demikian juga dengan sosok bayi cerdik bernama Noi dan tiga kera putihnya. Juga ada anak laki-laki juru kemudi dan koki bernama Boun, serta kesatria berbadan besar bernama Tong.

Dalam film ini juga ada bumbu komedinya sehingga penonton tak harus selalu tegang. Serta kisahnya yang memiliki kejutan di beberapa bagiannya. Dan tentunya ada makhluk mitologi, naga.

Naga Air, Makhluk Mitologi Asia Tenggara?
Ooh naga, kenapa harus naga? Bukankah naga lebih identik dengan China? Itu tidak benar, naga terutama naga air adalah makhluk mitologi yang terkenal di Asia Tenggara.

Di Indonesia dongeng dan mitos tentang naga sudah hadir sejak masa nenek moyang. Buktinya bisa dilihat dalam cerita-cerita wayang juga cerita dalam relief-relief candi. Hiasan naga juga banyak ditemui di situs-situs purbakala. Naga air disebut sebagai simbol kemakmuran juga hewan mitologi yang bertugas sebagai penjaga.

Cerita naga tersebar di berbagai daerah. Pasti teman-teman ingat dengan dongeng "Putri Hijau" dari Jambi. Ia putri cantik yang membuat kerajaan tetangga ingin mempersuntingnya dengan paksa. Terjadi peperangan. Lalu dua kakak Putri Hijau yang berupa naga pun mengamuk.

Cerita tentang naga lainnya adalah kisah legenda Pulau Naga dari Kalimantan Selatan. Masih banyak lagi cerita rakyat tentang naga sehingga dongeng naga juga jamak di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya.

Yuk lanjut bahas kulturnya?
Sejak melihat trailer-nya, sudah terlihat nuansa kultur Asia Tenggara yang kental. Dari budaya Indonesia, nama Raya umum ditemui di Indonesia. 

Lalu terlihat unsur batik, keris, instrumen musik tradisional dari bambu seperti angklung, wayang, dan rumah Gadang. Oh juga ada terasi.

Kuil tempat permata Sisu disimpan seperti candi dan tempat suci di Indonesia dengan undak-undakan dari batu dan kebiasaan melepas alas kaki ketika menuju tempat suci.

Unsur kultur lainnya juga terlihat unsur Filipina, Vietnam, Thailand, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Nama Tuk Tuk, hewan sahabat Raya, umum dijumpai di Thailand. Ia semacam bemo di sini. 

Ada salakot dan arnis, topi khas dan senjata tongkat bambu asal Filipina. Juga ada senjata khas Moro, dan kostum dengan unsur Vietnam dan Thailand.

Yang khas lainnya dari Asia Tenggara ada buah tropis seperti nangka dan mangga, juga keberadaan monyet putih dan kucing hutan.

Petualangan seru Raya dan kawan-kawan (kredit: Disney/IMDb)
Petualangan seru Raya dan kawan-kawan (kredit: Disney/IMDb)
Juga terlihat sawah terasering dengan dangaunya; jajanan dan makanan khas Asia Tenggara dengan bahan beras, sayuran, ikan, dan serai. Nampak juga sesaji dan kebiasaan menaruh bunga untuk pertanda penghormatan.

Bagaimana dengan kualitas grafis dan skoringnya.
Indah. Kualitas grafisnya detail, palet warnanya nyaman di mata. Desain naganya unik, seperti ada unsur unicorn dan kucing.

Dari unsur skoring jika didengarkan baik-baik ada unsur instrumen musik tradisional Asia Tenggara, musik bambu juga musik gamelan. Divisi musik dipimpin oleh James Newton Howard ("Dinosaur", "Treasure Planet").

Oh iya tak seperti film Disney lainnya, karakter-karakter di sini tak ikut bernyanyi. Lagu tema di antaranya dibawakan oleh KZ Tandingan, penyanyin asal Filipina berjudul "Gabay" yang berarti petunjuk.

Dari pengisi suara ada nama-nama seperti Kelly Marie Tran, Awkwafina, Gemma Chan, Alan Tudyk, Daniel Dae Kim, Sandra Oh, dan Benedict Wong. Awkwafina cocok mengisi suara Sisu, naga yang cenderung ugal-ugalan. Sedangkan Kelly Marie Tran yang mengisi suara Raya merupakan aktris berdarah Vietnam.

"Raya and The Last Dragon" dibesut oleh Don Hall bersama dengan Carlos Lopez Estrada yang kondang lewat film "Hero 6". Durasinya 114 menit. 

Saya memberi skor film ini 8/10. Sebenarnya bisa 8.5/10 jika sosok Druun lebih dieksplorasi. Oh iya Druun itu apakah semacam leak jahat ya?

Film ini bisa ditonton anak-anak hingga dewasa. Oh iya juga ada film animasi pendek pembuka yaitu "Us Again" yang berkisah pasangan antarrasial masa muda dan sekarang.

Sudah siapkan Kalian berpetualang dengan Raya dan Tuk-Tuk?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun