Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Feminisme dalam Kisah Horor "Sihir Perempuan"

4 November 2020   22:48 Diperbarui: 4 November 2020   23:17 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Sihir Perempuan (dokpri)

Sejak membaca buku kumpulan kisah horor berjudul "Kumpulan Budak Setan", aku jadi tertarik untuk membaca buku karya Intan Paramaditha lainnya. Lalu aku menemukan bukunya yang juga bertema horor dengan unsur feminisme. "Sihir Perempuan", judulnya.

Sampul buku berwarna merah dan gradasi kehitaman, serta gambar sosok wajah perempuan cantik dengan cincin tengkorak, memperkuat nuansa horor yang ditebar oleh kaum hawa. Perempuan di satu sisi banyak menjadi tokoh dan ikon horor baik dari cerita dalam maupun luar negeri. Sebut saja hantu seperti kuntilanak, vampire, wewe gombel menggunakan persona perempuan.

Ada 11 cerita pendek dalam buku setebal 158 halaman ini. Tiga kisah di antara 11 cerita yang mengusikku adalah "Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari", "Pintu Merah", dan "Misteri Polaroid".

Dalam cerita "Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari", Intan menggunakan landasan dongeng terkenal yaitu Cinderella dari cerita aslinya yang memang agak mengerikan. Namun, dalam cerita ini tokoh utamanya bukan gadis baik hati bernama Larat, melainkan kakak tirinya yang pendengki.

Ia melakukan berbagai cara agak adik tirinya nampak buruk dan pangeran tak tertarik pada Larat. Ia melakukan hal mengerikan pada dirinya agar sepatu tersebut muat ke kakinya.

Cerita "Cinderella" memang tak seindah ala Disney. Ada cerita malang yang dialami oleh kedua kakak tirinya. Sekilqs nampak wajar karena kedua kakak tiri dan ibu tirinya memang culas. Tapi jika diperhatikan baik-baik maka ceritanya terlalu gelap untuk sebuah dongeng putri dan pangeran.

Di sini Intan makin mendramatisir sosok si kakak. Ia membuat kecemburuan si kakak ke Larat terasa lebih manusiawi. Akhir dari hidup kedua kakak tiri juga terasa begitu tragis. Tapi bagaimana dengan Larat? Engkau akan terkejut mengetahui akhir kisahnya.

Cerita "Pintu Merah" mengingatkanku pada berbagai dongeng seperti "Kebun Rahasia", "Alice in Wonderland", dan "Gadis Tudung Merah". Dikisahkan ada pensiunan yang mulai sakit-sakitan. Ia hidup berdua hanya dengan putrinya, Dahlia.

Dahlia sebenarnya bosan hanya berdiam di rumah. Kakak-kakaknya membujuknya untuk menjaga sang ayah dengan dalih ia anak kesayangan ayahnya.

Suatu ketika Dahlia yang bosan membuka pintu merah. Pintu itu sebuah pintu rahasia. Dahlia tak menceritakannya ke kakak dan ayahnya. Di balik pintu itu adalah hutan. Lalu di sana ada sumur tua. Dalam sumur itu ada sesuatu. Dahlia ketakutan ketika mengetahuinya.

Cerita "Pintu Merah" ini membuatku bisa membayangkan situasinya. Hutan rahasia. Bukan kebun rahasia yang indah. Melainkan hutan yang gelap dengan penghuninya yang menyeramkan bak mimpi buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun