Dunia TI dan orang-orang yang bekerja di bidang ini kerap dianggap antisosial dan memiliki perilaku eksentrik. Sebenarnya tidak semuanya sih. Meski memang ada benarnya sedikit. Oleh karenanya aku antusias menemukan serial lawas berjudul "The IT Crowd" yang bergenre komedi yang membahas pekerja di bidang TI.
Aku penasaran dengan film ini karena keseharian pekerjaanku juga di bidang TI. Siapa tahu ceritanya menyerempet atau mirip-mirip dengan situasi yang pernah kualami dan kujumpai.
Lalu aku kecewa karena yang muncul di film ini dan dikisahkan bekerja di bidang TI-nya hanya tiga orang. Kupikir semacam software house hahaha.
Film "The IT Crowd" mengisahkan dua geek bernama Roy Trenneman (Chris O'Dowd) dan Maurice Moss. Roy seorang teknisi dan Maurice seorang programmer.
Selama ini mereka berdua hidup nyaman di ruangan mereka yang ada di basement. Kecil dan berantakan. Sangat kontras dengan lantai-lantai lainnya di gedung tersebut yang jumlah ada 30an. Tapi mereka tak masalah asal telepon tak selalu berbunyi dan tak harus bertemu banyak orang.
Hingga mereka kedatangan seorang wanita bernama Jen Barber (Katherine Parkinson). Ia mengaku ditugaskan sebagai kepala departemen TI. Keduanya pun mencak-mencak karena Jen tak tahu sama sekali tentang komputer. Ia hanya tahu seputar email dan mengetik. Itu saja.
Tapi kemudian Roy dan Maurice terpaksa menerima Jen karena keduanya tak pandai bersosialisasi dengan departemen lainnya. Jen pun kemudian juga mulai berkompromi dengan dua nerd dan geek tersebut.
Ceritanya Kocak
Film serial ini tayang pada tahun 2006 hingga 2013. Meski ratingnya kurang bagus, penontonnya cukup banyak. Bahkan film ini diadaptasi oleh Hollywood dan rumah produksi Jerman. Film ini sekarang bisa disimak di Netflix.
Komedinya kebanyakan slaptick sih tapi memang lumayan lucu. Aku puas terpingkal-pingkal karena memang ada beberapa yang mirip dengan yang kutemui di tempatku bekerja.
Apakah anak TI antisosial? Hemmm mungkin kurang pas jika disebut antisosial, lebih pas kurang suka bersosialisasi dengan manusia secara nyata. Tapi tidak semuanya.
Digambarkan Maurice sulit berkomunikasi. Ia lebih suka mengirim email daripada harus menelpon, padahal yang dihadapinya adalah ruang bekerjanya mulai kebakaran.
Sama halnya dengan Roy. Ia kagok jika harus bergaul dengan banyak orang. Ia juga tak suka ditelpon padahal ia teknisi. Ia suka berharap dering telpon segera mati daripada harus mengangkatnya.
Dandanan Roy simpel hanya celana dan kaus oblong. Sedangkan Maurice nampak nerd dengan setelannya yang rapi dan kacamatanya.
Sayangnya obrolan tentang TI malah jarang di sini atau bisa jadi dikarenakan aku belum menyelesaikan seluruh episodenya.
Di beberapa kantor yang pernah kukunjungi memang ruangan untuk help desk mungil dan di bagian pojok. Tapi nampaknya penghuninya tak masalah dan sibuk dengan dunianya sendiri. Sehingga gambaran tentang ruang kerja Roy dkk tak masalah. Hanya tentang pekerja TI nerd dan antisosial rasanya tak bisa digeneralisasikan.
Nah di sini ada stereotype tentang pekerja perempuan di bidang TI. Di sini Jen digambarkan buta tentang TI, hanya mementingkan penampilan tapi merasa berhak menjadi atasan mereka. Padahal di dunia nyata pekerja TI perempuan semakin banyak. Kemampuannya pun juga setara dengan staf TI yang berjenis kelamin laki-laki.
Sitkomnya lumayan sih. Banyak adegan slapstick dan komikal tapi tetap bisa bikinku tertawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H