Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bukan Sekadar Rp 10 Ribu

29 Juli 2020   11:52 Diperbarui: 29 Juli 2020   11:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang Rp 10 ribu waktu aku masih kecil terasa begitu banyak. Tapi setelah bertahun-tahun, terasa perubahan nilainya. Meski nilainya sudah tak seperti dulu namun lembaran berupa ungu tersebut masih menyimpan kekuatannya. Ia tak bisa dianggap remeh.

Dengan Rp 10 ribu bisa membeli apa sih? Bisa beli bayam yang cukup untuk dimasak seminggu. Bisa beli ikan cue alias ikan pindang tiga keranjang alias enam buah ikan. 

Bisa buat beli kerupuk 10 buah. Bisa untuk membeli mie instant 3-4 buah. Juga bisa untuk membeli 4-6 butir telur.  Bisa beli melon atau semangka. Eh masih dapat juga cendol, es degan, dan jajanan pasar. Bisa buat beli bensin juga. Wah ternyata banyak yang bisa dibeli dengan Rp 10 ribu.

Rupanya uang Rp 10 ribu masih punya nilai. Memang makan dengan uang Rp 10 ribu makin susah dicari di Jakarta, dapatnya mie instant, seblak, atau siomay. Bahkan mie instant yang diberi telur dan sawi di kantin kampus pun sudah Rp 10 ribu.

Tapi tetap saja uang Rp 10 ribu berharga. Baik digunakan untuk sisi konsumtif maupun untuk ditabung.

Dulu aku pernah menulis tentang kekuatan uang Rp 10 ribu, terinspirasi dari gerakan menabung Rp 20 ribu. Begitu menemukan uang Rp 10 ribu dari kembalian atau ada di dompet, maka langsung ditabung di celengan transparan. 

Tujuan menabung di tempat transparan seperti menaruhnya di toples kaca, botol plastik dan sebagainya, agar makin bersemangat menaruhnya.

Lalu secara periodik uang sepuluh ribuan yang ada di celengan tersebut disetorkan ke bank. Lalu tunggulah setahun kemudian. Kalian mungkin senang melihat angkanya di bank.

Aku menulisnya sekitar lima tahun yang lalu. Tapi setelah era digital, rasanya jadi kurang relevan. Lembaran uang kertas semakin jarang dimiliki. Paling-paling ada di dompet untuk berbelanja di warung, pasar, dan penjual keliling.

Padahal kalau menurutku uang kertas itu lebih bikin hemat karena ada rasa berat ketika mengeluarkannya, meskipun memang tidak fleksibel. Tapi pembahasan tentang uang kertas akan kututup agar tidak melebar.

Nilai Rp 10 ribu secara digital mungkin terasa remeh, untuk belanja daring juga mungkin hanya dapat pulsa atau dapat membeli makanan minuman ketika ada promo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun