Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Seandainya Menulis Dilakukan oleh Robot

26 Juni 2020   13:04 Diperbarui: 26 Juni 2020   13:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jadinya jika suatu ketika ada teknologi yang membantu proses penulisan. Kita tinggal memberikan ide pokoknya kemudian robot tersebut mengolahnya. Kita tinggal memesan tulisan tersebut fiksi atau nonfiksi beserta jumlah katanya.

Ketika teknologi mampu mengubah suara menjadi kata-kata maka hal ini memang cukup membantu. Ketika malas menulis dengan alat tulis atau keyboard maka kita tinggal bersuara dan aplikasi tersebut akan mengubahnya dalam bentuk teks.

Namun teknologi tersebut memiliki keterbatasan. Aku mencoba salah satu aplikasi 'Speech to Text Converter", beberapa ejaan kata tidak tepat. Tidak ada titik koma dan pemisah paragraf. Kadang-kadang ketika asyik bercerita diputus oleh iklan karena aplikasinya gratisan.

Di luar keterbatasannya, aplikasi ini cukup membantu. Ia bisa membantuku di luar tulis-menulis, yaitu kemauan bertutur secara lisan. Ia bisa membantuku untuk berlatih agar lancar bercerita secara lisan.

Mencoba menulis dengan suara menggunakan aplikasi speech to text converter (sumber gambar: tangkapan layar apps speech to text converter)
Mencoba menulis dengan suara menggunakan aplikasi speech to text converter (sumber gambar: tangkapan layar apps speech to text converter)

Tapi untuk saat ini aku sedang tak memerlukan jasa aplikasi ini. Mungkin suatu kali ia akan bermanfaat bagiku.

Kembali tentang robot dan tulisan. Aku membayangkan suatu ketika ada robot yang mampu membuat sebuah karya tulisan.

Inputannya adalah premis atau ide cerita, karakter, konflik, dan penutupnya untuk cerita fiksi. Misalnya kita memiliki premis kucing-kucing superhero. Karakternya ada tiga kucing dengan tiga sifat berbeda. Konfliknya ada manusia jahat menyuntik serum ke kelinci sehingga muncul kelinci super yang nakal. Penutupnya kelinci dan kucing super menjadi sahabat.

Dari input tersebut, robot kemudian memberikan beragam alternatif alur cerita. Meski konflik dan penutupnya ditentukan, arah menuju konflik, pengembangan karakter dan sebagainya itu berlainan. Bisa muncul lebih dari satu kemungkinan cerita.

Demikian juga dengan karya nonfiksi. Misalnya kita telah memiliki hasil penelitian dan menginginkan untuk membuat minimal tiga jurnal. Kita masukan input berupa laporan penelitian, lalu si robot berupa aplikasi mengolahnya. Ia memberikan tiga atau lebih kemungkinan jurnal dengan telah disesuaikan format penulisannya.

Wah pastinya ini meringankan tugas peneliti dan dosen.

Apakah robotnya sudah ada? Hemmmm sebenarnya sudah ada. Apalagi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning semakin canggih.  Dengan semakin seringnya dilakukan training maka robot itu akan semakin pintar. Ketika dilakukan uji coba, ada robot yang sudah mampu membuat karya fiksi. Tapi robot ini belum resmi dirilis. Masih ada kontroversi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun