Tembang "Lathi" masih banyak diperbincangkan. Hingga kini sudah 29 juta pasang mata yang menonton video musiknya di YouTube. Lagu ini dinilai fresh karena memadukan unsur EDM dan etnik Jawa.
Musik EDM atau electronic dance music mulai beken di Indonesia sekitar tahun 2008 dengan adanya event Djakarta Warehouse Project. Ajang The Remix dari Net TV makin mempopulerkan genre musik ini. Genre musik ini menggunakan sampler, sequencer, software dan perangkat hardware lainnya sehingga memberikan efek modern.
Salah satu nama DJ yang lagi naik daun adalah Weird Genius. Ia adalah musisi asal Jakarta yang telah melahirkan belasan single.
Namanya makin diperbincangkan sejak Weird Genius berkolaborasi dengan Sara Fajira lewat tembang "Lathi". Dirilis pada 28 Februari 2020 lagu ini masih menjadi bahan perbincangan. Apalagi ketika video musiknya sudah dirilis.
Yang bikin menarik lagu ini memang unsur etnik Jawanya. Sebelumnya Osvaldorio, pemenang The Remix pernah menampilkan lagu "Bubuy Bulan" dengan unsur EDM. Lagu ini dibawakan oleh Melly Mono dan mendapat banyak pujian. Unsur etnik dan EDM-nya serasi.
Alffy juga pernah meng-cover theme song Asian Games 2018 dengan menambahkan unsur etnik tari kecak, musik tradisional suku Dayak, gamelan dan tembang yang dibawakan sinden. Hasilnya luar biasa.
Lagu bernuansa etnik juga banyak ditampilkan oleh Krakatau Band. Anggun berkolaborasi dengan Deep Forest juga sukses membawakan musik bertemakan alam dengan nuansa etnik mistis Bali dan Sunda dengan "Deep Blue Sea". Intinya musik etnik nusantara bisa digabungkan dengan genre musik lainnya, menghasilkan sajian musik yang unik dan bergizi.
Oleh karena itu aku antusias mendengar dan menyaksikan lagu "Lathi" ini. Dalam bahasa Jawa, lathi berarti lidah.
Ada netizen yang menyebut lathi adalah nama salah satu dewi. Aku belum pernah dengar. Di Jawa di mitologi Hindu ada dewi pejuang dan dewi kematian yang disebut dewi Kali. Ia dinampakkan buruk rupa dengan lidah yang menjulur ke luar.
Tapi aku tidak melihat kaitan antara lagu ini dan tentang dewi tersebut. Kecuali ia sama-sama seorang dewi pejuang yang penuh kemarahan.
Lagu ini menggunakan campuran lirik berbahasa Inggris dan Jawa. Ia bercerita tentang perempuan yang bangkit dan memutuskan menyudahi hubungan yang toksik. Si pria telah melakukan kekerasan secara fisik dan verbal. Ia berupaya mengakhirinya.
Dua baris lirik yang menjadi pusat perhatian adalah lirik berbahasa Jawanya. "Kowe ra iso mlayu saka kesalahan. Ajining diri saka lathi". Nilai diri atau penghargaan diri datang dari perkataannya.
Di awal lagu ini bernuansa pop rock gothic, seperti gaya bernyanyi Evanescence. Bait berikutnya telah berubah dengan unsur EDM dan selanjutnya ada unsur etnik Jawa dari gamelan. Adanya unsur etnik inilah yang bikin berbeda.
Menurutku lagunya easy listening dan sekali mendengar bisa langsung melekat lagunya. Awal lagunya sudah bagus, menunjukkan kegalauan, kerapuhan, dan kemarahan. Menuju bait berikutnya transisi musiknya berjalan agak terlalu cepat, perubahannya agak terlalu drastis.
Unsur EDM kemudian total mengambil alih. Unsur EDM, drop-nya, ini kawin dengan musik etnik Jawa.
Video musiknya menarik. Ia menggambarkan seorang perempuan yang rapuh, dianiaya kekasihnya. Adegan lainnya ia menari kontemporer dengan dua pengiring seperti dalam adegan tarian di lab "Step Up: All In". Adegan lainnya ada penari Jawa, kuda lumping,dan seorang pedalang memainkan wayang. Video musiknya cukup apik.
Siapakah Weird Genius?
Weird Genius dibentuk tahun 2016. Ia terdiri dari Eka Gustiwana, Reza Oktovian, dan Gerald Liu. Mereka muncul di Youtube Fanfest indonesia dan ajang musik lokal juga internasional lainnya.
Lagu hits mereka cukup banyak di antaranya "DPS", "Lunatic", "WKWKLand", "Big Bang", dan "Sweet Scar". Nomor "DPS" memiliki unsur gamelan Bali. Lagu "Sweet Car" kolaborasi dengan Prince Husein enak dinikmati.
Lagu kolaborasi antara Eka, Husein, dan Sara berjudul "Tersimpan di Hati". Dalam lagu ini juga ada musik etnik di antaranya seruling, gamelan juga musik lesung. Video klipnya juga banyak menampilkan tradisi Indonesia. Sara di dalam lagu ini ngerap dengan bahasa Inggris bercampur Jawa. "Ojo mabuk dunyo, urip rekoso".
Sukses dengan "Lathi" mereka tak berpuas diri dan siap menekuni proyek berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI