Hilal telah tampak. Besok dipastikan umat Islam di Indonesia akan merayakan lebaran. Wah membayangkan esok hari itu adalah lebaran wajah Diana berbunga-bunga. Senangnya, esok adalah hari yang istimewa.
Diana mengintip isi kamar dari jendela. Kakaknya, Rani sibuk menjahit. Bukan, ia tak menjahit baju baru. Kakaknya itu memermak baju hari rayanya tahun lalu. Punyanya sendiri dan milik Diana.
Diana setahun ini tumbuh dengan cepat. Tingginya melaju delapan centimeter. Alhasil rok panjangnya itu jadi memendek. Begitu pula blus atasannya, jadi hampir ngepas di badan.
Oleh Rani baju itupun dibongkar. Ada bagian yang ditambahkan. Diana tidak boleh melihat sebelum nanti malam. Ya, baju itu diperkirakan jadi malam ini.
Diana gembira. Setidaknya lebaran besok ada sesuatu yang menyenangkan. Tahun ini mereka tidak mudik ke rumah nenek. Tidak ada ketupat, opor ayam, dan sayur rebung kesukaannya.
Diana sambil bermain ranting kayu juga merasa rindu dengan sepupunya. Biasanya jika mereka berkumpul di rumah nenek maka malamnya mereka akan menyalakan kembang api. Mereka akan dapat satu-satu kembang api. Lalu mereka akan berlomba siapa yang kembang apinya menyala paling lama.
Di rumah nenek, paman dan ibunya berkumpul. Para paman dan ayah sibuk bercakap-cakap tentang hal-hal yang tak dimengerti olehnya. Mereka asyik mengobrol diselingi bersantap pisang goreng, kacang tanah sangrai dan kopi hitam.Â
Diana sesekali berpura-pura mendatangi ayahnya, padahal ia hanya bermaksud mencomot pisang goreng. Setelah tujuannya tercapai ia pun kembali bermain bersama para sepupunya.
Para bibi dan Ibu sibuk memasak. Diana suka sekali ke dapur dan membaui masakan yang sedang dimasak. Dapur begitu wangi dan kaya akan aroma. Perut Diana terasa lapar lagi.Â
Di meja satu ada bolu pisang, puding susu, setup nanas, dan kue wajik. Di meja satunya ada ketupat, opor ayam, sayur rebung, telur petis, dan peyek udang.Â
Masih ada lagi masakan daging bumbu bali yang sedang dimasak. Mereka juga sedang memasak ketupat sekali lagi. Bibi Tum sedang asyik menggoreng melinjo. Keripik melinjo yang sudah kuning lalu ditiriskan dan diberi garam sedikit. Setelah pekerjaan memasak usai maka mereka akan beristirahat.
Diana melihat kakaknya, Rani ada di kamar yang mereka tempati. Kamar mungil dulu yang menjadi tempat tidur ibunya waktu masih kecil. Ia bersama ibu dan kakaknya akan tidur di sini. Sedangkan ayah tidur beramai-ramai bersama para ayah beralaskan karpet di ruang tengah.
Kakaknya menyiapkan baju lebaran dan mukena untuk besok buat Diana, dirinya, dan Ibu. Seperti saat ini.
- - -
Mengingat masa lalu membuat Diana sedih. Ia tak akan berjumpa sepupunya tahun ini. Ia juga tak akan menerima angpau. Padahal ia ingin membeli sesuatu dari angpau tersebut.
Diana menuju ke dapur. Tak banyak kesibukan yang dilakukan Ibu. Ia nampak mengambil sesuatu dari paket sembako yang diterima dari Pak RT.
Sejak ayahnya tak lagi bekerja, makanan mereka benar-benar seadanya. Hanya nasi dengan lauk telur goreng, kadang-kadang dengan sayur, di hari lain diganti tempe tahu.
Ayah tak berpenghasilan. Ia nampak murung dan berupaya sibuk dengan membetulkan perkakas rumah yang rumah.
Sesekali ayah membantu Ibu mengaduk adonan kue. Ibu menitipkan donat dan roti goreng ke lapak penjual takjil. Kadang habis kadang masih bersisa banyak. Kue-kue kemarin dihangatkan ibu dan jadi camilan buat Diana dan Rani.
Hemmm paling lebaran besok makan nasi telur dan donat, keluh Diana.
Adzan Maghrib pun berkumandang. Semua anggota berkumpul di ruang makan. Sudah ada teh manis hangat dan pisang goreng di meja. Diana tersenyum lebar. Kali ini hidangan berbeda.
Masakan berbuka kali ini juga lebih istimewa dibandingkan hari biasanya. Ibu memasak sarden dari paket sembako itu. Sarden itu ditambah lagi bumbunya oleh ibu sehingga rasanya lebih sedap dan tidak amis. Enak.
"Habis sholat Maghrib, bantu ibu memasak ya Diana," Ibunya meminta tolong padanya. Diana mengangguk. Ia terkejut ada sesuatu yang dimasak Ibu. Pasti untuk besok.
Setelah sholat, Rani menunjukkan baju yang telah dipermaknya. Diana memegangnya, lalu mencobanya di depan cermin. Seperti baju baru. Kakaknya menambahkan lis dan renda, juga menambahkan dua saku di bagian rok dari kain perca. Ini membuat tampilan bajunya seperti benar-benar baru.
"Terima kasih kak!" ujar Diana sambil memeluk kakaknya.
Di dapur Ibu sedang memasak sesuatu. Wanginya. Ibu sedang menumis bumbu. Adinda dimintanya mengupas telur rebus.
Kakakknya yang kemudian ikut bergabung di dapur, dimintanya untuk merajang tipis-tipis labu siam.
"Kita masak opor telur dan sayur labu siam ya buat besok," Ibunya menjelaskan. Besok Ibu juga akan membuat bola-bola sate dan kolak pisang, imbuhnya.
Mata Diana berbinar-binar. Lebaran tahun ini berbeda. Tapi setidaknya Diana punya baju baru hasil permak. Ibunya juga punya hidangan istimewa
- - - Tamat - - -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H