Ya kalau dihitung-hitung bujet makanan kucing cukup banyak. Dulu waktu hanya Nero cukup Rp 200 ribuan sebulan. Kini setelah ada tiga kucing dan beberapa kucing liar yang suka mampir maka aku harus sedia anggaran Rp 400-700 ribu hanya untuk makanan mereka.
Jika Sakit Ditahan, Jika Kucing Sakit Kelabakan
Biasanya pecinta kucing rajin berhemat untuk dirinya sendiri. Ke dirinya sendiri suka pelit. Jajan secukupnya. Tapi ketika ia melihat makanan kucing diskon maka tak ragu langsung dibelinya. Begitu juga dengan soal kesehatan tubuhnya.
Ketika ia sakit maka ia cukup berobat dengan obat ringan yang ada di rumah plus minum susu dan makanan bergizi. Baru kalau sudah agak lumayan ia berangkat ke klinik atau puskesmas dengan BPJS.
Tapi jika si kucing susah makan? Wah mereka kelabakan. Biasanya dua hari tak sembuh mereka pun membawanya ke klinik hewan. Biayanya hanya untuk konsultasi berkisar Rp 60-100 ribu. Belum obat dan makanan sementara mereka. Biaya vaksinasi dan sterilisasi jika ke klinik juga mahal, ratusan hingga satu juta. Biaya berobat si kucing jauh lebih mahal daripada manusia.
Membersihkan kotoran kucing juga kerja berat tersendiri. Bau kotoran mereka tajam dan menuntut untuk segera dibersihkan. Aku harus pakai masker dan menahan nafas ketika membersihkan bak pasir si Kidut.
Bentuk pengobanan pecinta hewan ke peliharannya tidak sedikit. Kawanku rela menyuapi kucingnya yang sakit. Ada juga yang memberi kucingnya pakaian khusus agar kucingnya nyaman. Ada juga yang rajin memandikannya di klinik agar kucingnya selalu bersih.
Aku kadang-kadang izin masuk agak siang demi memeriksakan kucingku ke klinik. Pernah suatu ketika aku dua hari jalan berkeliling hujan-hujan karena Si Mungil kabur ketika akan dibawa ke klinik. Ketika aku pergi ke luar kota maka kucing-kucing tersebut kutitipkan pak satpam. Pak satpam memberi makan dua kali ke mereka dengan datang ke rumahku karena mereka jenis kucing yang tak bisa tinggal di kandang.
Orang awam akan berkata kok segitunya mau melakukannya? Apalagi cuma buat kucing kampung.
Aku dan beberapa kawanku memelihara kucing kampung. Mereka yang memilih kami dan kami tak tega untuk membiarkannya. Biarpun kucing kampung mereka juga hewan yang baik dan perlu kasih sayang.
Sayangnya aksi peduli hewan ini kadang-kadang mendapat perlawanan. Kawan-kawan bercerita bagaimana komunitas pecinta hewan yang menyediakan subsidi untuk vaksinasi dan sterilisasi hewan malah suka diserang. Mereka menyasar ke kucing kampung dan mereka paham betapa mahalnya biaya vaksin dan steril.Â
Aksi pengancaman ke komunitas peduli kucing ini dikarenakan ada pihak yang takut adanya kegiatan vaksinasi dan sterilisasi murah akan merusak harga pasar. Padahal target pasar mereka berbeda, sasaran mereka adalah kucing liar dan kucing kampung. Sebaiknya juga pihak-pihak tersebut senang karena semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap nasib para hewan di sekelilingnya.