Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

#JanganMudikDulu Agar Mata Rantai Penularan Segera Terputus

21 Mei 2020   22:05 Diperbarui: 21 Mei 2020   21:57 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merayakan lebaran memang asyiknya di kampung halaman. Kumpul-kumpul makan ketupat, telur petis, opor ayam, es podeng, dan jajan pan-panan. Habis itu ikut halal-bihalal ini dan itu bergiliran. Tapi tahun ini stop, #janganmudikdulu, tahan keinginan.

Sejak tiket pesawat PP ke Malang ku-refund bulan April silam, otomatis rencana mudik lebaran sudah buyar. Kami berdua sudah siap dengan rencana berlebaran berdua eh berdelapan, dengan tiga kucing dewasa, Nero, Kidut, Mungil, dan kelima bayi kucing si Mungil, wow ramai ya.

Jika jadi mudik maka seharusnya kami sudah berangkat kemarin dan kembali pada tanggal 27 Mei. Sepertinya tahun ini si Mungil yang paling beruntung. Kami berdua sebenarnya paling was-was dengan nasib si Mungil karena waktu itu kehamilannya sudah besar. Jika misalkan kami  bersikeras untuk tetap mudik, maka kami pasti bingung bagaimana nasib bayi-bayi si Mungil. Rejekinya para kucing tahun ini, tak jadi dititipkan pak satpam. Kami berlebaran bersama mereka.

Mengapa #JanganMudikDulu itu Penting?

Pemerintah memang mulai membuka kembali sejumlah mode transportasi. Ada sedikit kelonggaran di mana beberapa orang yang memenuhi kriteria tertentu, seperti yang hendak melakukan perjalanan dinas boleh melakukan perjalanan dengan disertai sejumlah dokumen, termasuk surat bebas Covid-19.

Tapi entah kenapa realita di lapangan sepertinya kemudian berantakan. Baik di bandara Soekarno Hatta maupun pelabuhan Ketapang menuju Bali begitu padat. Aku jadi ingin berburuk sangka. Tapi siapa tahu keluarga mereka ada yang sakit atau mereka sudah terpaksa tinggal sekian lama di sebuah kota sementara tidak ada kendaraan dan mereka hanya ingin pulang ke rumah.

Mengapa sih banyak pihak, terutama pihak tenaga kesehatan yang menyarankan untuk jangan mudik dulu? Hal ini dikarenakan Indonesia masih mengalami puncak pandemi. Jika diperhatikan data selama dua hari terakhir ini, tanggal 20 Mei dan 21 Mei maka terlihat lonjakan penderita, melebihi tanggal-tanggal sebelumnya. Pada tanggal 20 Mei dan 21 Mei masing-masing terjadi kenaikan 693 dan 973 kasus. Belum terjadi penurunan atau kurvanya belum melandai. Ini jelas sebuah alarm berbahaya agar masyarakat tetap waspada.

Selanjutnya apabila melihat sebarannya, kini DKI Jakarta bukan lagi kawasan yang jumlah penderitanya masih terus bertambah. Lonjakan penderita terlihat di Jawa Barat dan Jawa Timur. Selama dua hari terakhir, lonjakan masing-masing provinsi tersebut bertambah 176 dan 86  kasus baru untuk Jawa Barat dan 119 dan 502 kasus baru untuk Jawa Timur.  

Penambahan jumlah kasus perhari masih tinggi (sumber grafik Kompas.com per 21 Mei)
Penambahan jumlah kasus perhari masih tinggi (sumber grafik Kompas.com per 21 Mei)
Bisa jadi lonjakan kasus baru yang demikian besar di Jawa Timur dikarenakan Pemerintah sudah memiliki alat tes yang lebih banyak, sehingga yang kemarin-kemarin tidak ketahuan rupanya masuk penderita positif. Dugaan kedua bisa jadi mereka tertular, setelah sebelumnya berada di daerah episentrum atau tertular oleh mereka yang baru saja tiba di daerah mereka.

Ini yang dikuatirkan. Pergerakan manusia dikarenakan mudik besar-besaran dikuatirkan akan mempercepat proses penyebaran Covid-19. Bukannya memutus mata rantai penularan, malah menambah rantai baru dan terus bertambah.

Bisa jadi orang yang sehat dan melakukan mudik ternyata adalah silent carrier. Ia tetap sehat meskipun sebenarnya mulai terserang, tapi orang-orang yang berinteraksi dengan dirinya dan daya kesehatan tubuhnya sedang lemah kemudian tertular dan mengalami gejala Covid-19. Untuk itulah mereka yang sedang telanjur melakukan perjalanan lintas kota sebaiknya disiplin melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.  Apabila jumlah penderita semakin banyak, maka pandemi akan berlarut-larut yang semakin akan melemahkan sendi-sendi sosial perekonomian bangsa. Para petugas kesehatan juga pastinya kelabakan dan kelelahan jika jumlah pasien terus melonjak begitu banyaknya.

Mari kita bersatu. Tahan dulu keinginan untuk mudik. Mudik bisa kapan saja kok, tidak harus selama lebaran. Memang sih mudik pas lebaran itu seru dan ramai, tapi daripada sakit dan menderita banyak orang, mending tetap di rumah dulu. #JanganMudikDulu lebarannya tahun ini via daring saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun