Kania: Bagaimana Anda yakin ia seekor kucing? Bagaimana jika ia boneka?
Galang: Kucing ya kucing. Ada ekor dan kumisnya. Masak tikus dibilang kucing.
Kania: Maksud kami, bagaimana jika itu bohongan. Ada yang bermaksud nge-prank?
Galang: Saya yakin itu kucing, meski ya jaraknya antara saya dan mereka juga cukup jauh.
Edy: Terima kasih Galang atas informasinya. Kita akan menghubungi beberapa warganet lainnya untuk mengetahui pendapat mereka.
Layar separuh menampilkan cuitan-cuitan di medsos tentang fenomena unik. Layar satunya menampilkan gambar kedua pembawa acara yang bertanya jawab dengan narasumber.
Narasumber 2: Itu hoaks, mana ada kucing terbang.
Narasumber 3: Bumi sudah tua, itu peringatan dari yang di Atas.
Narasumber 4: Supercute. I juga ingin supercat yang cute seperti itu.
Narasumber X: Rapopo to gawe rame-ramean.
----
Babak 3:
Adegan flashback. Sebuah jalanan di bilangan Jakarta Timur tidak seramai biasanya karena sedang diberlakukan pembatasan sosial berskala besar. Para warga yang masih memenuhi jalanan sedang berburu takjil.
Tokoh Aku: Kedua kucingku pasti masih ngambek hari ini gara-gara ikan segar di rumah habis. Yang jualan menu ikan goreng jarang (berbicara sendiri sambil berjalan kaki).
Ia melihat sesuatu di langit. Seperti sesuatu yang terbang. Si aku mengusap-usap matanya. Ia terheran-heran. Itu sosok kucing. Tepatnya kedua ekor kucing. Satunya berjubah dan satunya yang dalam posisi duduk berwarna putih. Keduanya sama-sama berkacamata. Ia menoleh ke kanan kiri jangan-jangan ia kena prank.
Eh ia melihat sesuatu. Kucing putih yang duduk di punggung kucing terbang itu nampak kaki depannya menjangkau sesuatu. Kucing itu mengambil sesuatu saat penjual gorengan tak melihat. Ia mengambil dua buah gorengan. Yang satu kemudian disantap si kucing yang terbang. Satunya ia makan. Wah kedua kucing itu pencuri makanan. Tapi kok tidak ada yang melihat dan mengejar mereka ya.