Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Tahun Ini Tidak Mudik

25 April 2020   23:33 Diperbarui: 25 April 2020   23:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahun ini tidak mudik, ya sudah tidak apa-apa (ilustrasi: pexels/gratisography)

Kawanku bersuka cita. Ia mengumumkan di grup ia berhasil naik kereta bersama istrinya ke kampung halamannya. Pelarangan mudik dilakukan mulai tanggal 24 April. Kawanku berhasil mendapatkan tiket kereta untuk perjalanan pada 23 April. Aku bertanya sekali lagi, Kamu beneran sudah tidak kembali lagi bekerja di Jakarta?

Ia tidak menjawab pertanyaanku. Alasan utama ia kembali ke kampung halamannya karena perut istrinya sudah makin membesar. Sebentar lagi ia akan melahirkan. 

Jika istrinya melahirkan di Jakarta, kemudian berdiam di rumah kontrakan, ia merasa kasihan dengan istrinya. Apabila keduanya pulang ke rumah kontrakan mereka di kampung halaman yang berdekatan dengan rumah orang tua, maka istrinya bisa merasa tenang jika memerlukan bantuan, saat melahirkan ataupun belajar merawat bayinya. Apalagi ini kehamilan pertamanya.

Kawanku tak tahu apakah ia nantinya bisa kembali bekerja di Jakarta atau tidak. Untuk saat ini perusahaan tempat ia bekerja menerapkan full work from home. Jika mengikuti kebijakan DKI Jakarta maka ia akan masuk setelah libur lebaran, sekitar awal Juni, karena PSBB kedua berakhir pada 22 Mei.

Ia sendiri berjanji kepada dirinya sendiri untuk melakukan isolasi mandiri setiba di kampung halamannya. Ya setidaknya keinginan untuk ke sana ke sini ditunda dulu.

Aku sendiri sudah memutuskan batal mudik sebelum Presiden Jokowi memberikan keputusan resmi untuk pelarangannya. Aku kemudian melakukan refund tiket dengan dipotong Rp 15ribu/tiket/rute. Jadinya totalnya minus Rp 60ribu. Uang pengembalian tiket belum kuterima, disebutkan di pengumuman baru kuterima maksimal 30 hari kerja. Wah lama juga ya.

Awalnya aku ingin menukar jadwal tiket. Tapi aku sendiri tak tahu dan tak yakin kapan pandemi ini berakhir.

Tahun ini pastinya berasa aneh dan ada sesuatu yang kurang untuk tidak mudik pada saat lebaran. Pada saat mudik selain bertemu dengan kedua orang dan sanak saudara, biasanya aku juga melakukan reuni dengan teman-teman masa kecil, teman SMP atau teman SMA. Hal ini menyenangkan, kami bernostalgia mengingat masa kecil kami sambil tetap terhubung meskipun kami sudah terpisahkan oleh kesibukan masing-masing.

Ada yang bakal kurindukan selama tidak mudik seperti masakan ketupat, telur petis, sayur rebung, dan opor ayam. Juga es podeng yang berisikan agar-agar, setup nanas dan kolang kaling. Makanan ini biasanya hanya ada pada saat lebaran di rumah.

Poin plus batal mudik, uang pengembalian tiket bisa kugunakan untuk menambah dana darurat. Pada masa seperti ini kepemilikan dana darurat sangat penting. Selain itu aku bisa tenang dengan nasib ketiga kucingku, Kidut, Mungil, dan Nero. Aku tak perlu pusing menitipkan mereka ke pak satpam. Kali ini aku akan berlebaran bersama mereka.

Tidak mudik lebaran tidak sepenuhnya buruk. Ya setidaknya aku masih bisa menelpon kedua orang tua dan mengganti jadwal mudik setelah pandemi ini berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun