Suatu malam menjelang tidur aku membaca sebuah jawaban di Quora tentang bacaan yang membuat seseorang berpikir dalam tentang kehidupan. Ia menyebutkan karya Andrew Taylor Weier atau Andy Weir, yang berjudul "The Egg". Aku kemudian menemukan versi lengkapnya dan membacanya dengan perlahan-lahan. Dialog antara kedua tokohnya membuatku merenung, sehingga lupa tidur.
Karya Andy Weir yang beken lewat "The Martian" ini hanya berupa cerita pendek. Ceritanya hanya sekitar dua halaman. Meski demikian pesan dalam cerita ini begitu dalam. Bahkan mungkin akan membuat orang kebingungan jika pemikirannya tidak terbuka.
Cerita pendek yang dirilis 15 Agustus 2009 ini bisa dibaca secara cuma-cuma di website Galactanet. Cerita ini hingga kini sudah diterjemahkan ke dalam 31 bahasa dan telah diadaptasi ke sebuah film animasi pendek. Sayangnya belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia untuk cerita pendeknya.
Kisah "The Egg" berfokus pada seorang pria yang tak disebut namanya. Ia baru saja meninggal karena kecelakaan. Ia meninggalkan istri dan kedua anaknya.
Ketika bertemu Sang Pencipta, si pria menanyakan nasib keluarga. Dalam cerita ini si pria kemudian dinarasikan menjadi orang kedua dan Sang Pencipta (God) menjadi orang pertama. Pendapatku sebagai pembaca akan kuberi tanda '***'.
Sang Pencipta menentramkan si pria tersebut. Keluarganya akan baik-baik saja sepeninggal dirinya. Si pria kembali bertanya apakah dirinya akan menuju surga, neraka atau tempat lain.
"Tidak juga," kataku. "Kamu akan bereinkarnasi."
"Ah," katamu. "Jadi orang-orang Hindu itu benar,"
"Semua agama benar dengan caranya sendiri," kataku.
***Sampai di sini saya sebagai pembaca mulai waspada. Sepertinya bagian berikutnya akan lebih mendalam.
Si pria dan Sang Pencipta kemudian berjalan-jalan sambil bercakap-cakap. Si pria memastikan apakah ketika ia lahir kembali maka semua hal yang pernah dilakukannya pada kehidupan sebelumnya tak berarti.
Sang Pencipta menjawab tegas. "Tidak begitu!" Ia berkata bahwa setiap manusia yang lahir kembali memiliki semua pengetahuan dan pengalaman dari semua kehidupan masa lalunya. Ia hanya tidak mengingatnya sekarang.
Si pria kembali bertanya, apakah ia sudah pernah melakukan reinkarnasi, yang dijawab dengan 'Ya'. Ia telah melakukannya berulang kali. Ia kali ini akan menjadi gadis petani Tiongkok pada tahun 540M. Si pria mulai pusing dan bingung. Bagaimana bisa ia malah kembali ke masa lalu?
Sang Pencipta menjawab dengan santai. Waktu di alam semesta atau di bumi berbeda dengan waktu di tempat asalnya. Si pria ingin mengetahui seperti apakah tempat asal Sang Pencipta, tapi Sang Pencipta merasa si pria bakal tidak akan paham dengan penjelasannya.
***Dialog berikutnya makin 'menantang'.
"Apabila saya bereinkarnasi ke tempat lain pada waktunya, saya bisa berinteraksi dengan diri saya sendiri di beberapa titik?"
"Tentu. Terjadi sepanjang waktu. Dan dengan kedua kehidupan yang hanya menyadari masa hidup mereka sendiri, Anda bahkan tidak tahu itu terjadi."
Si pria nampaknya bingung dan gusar. Ia kembali bertanya. "Jadi, apa gunanya itu semua?"
Sang Pencipta menatap mata si pria. "Alasan aku membuat seluruh alam semesta ini, adalah agar Kamu menjadi dewasa."
"Maksudmu manusia? Anda ingin kami menjadi dewasa?" Si pria mulai bingung.
"Tidak, hanya Kamu. Saya membuat seluruh alam semesta ini untuk Anda. Dengan setiap kehidupan baru Anda tumbuh dan dewasa, lalu menjadi kecerdasan yang lebih besar dan lebih besar."
"Hanya aku? Bagaimana dengan orang lain?" Si pria antara kebingungan dan penasaran.
"Tidak ada orang lain," kataku. "Di alam semesta ini, hanya ada Kau dan aku."
Si pria menatap Sang Pencipta dengan tatapan kosong. "Tapi semua orang di bumi ..."
Sang Pencipta berkata bahwa semua yang ada di bumi adalah inkarnasi dari dirinya.
"Aku setiap manusia yang pernah hidup?"
"Atau siapa yang akan hidup, ya." Jawabku.
"Aku Hitler?" Anda berkata, terkejut.
"Dan Kamu adalah jutaan yang ia bunuh."
Si pria terdiam.
***Bagian dialog di atas juga membuatku bereaksi sama dengan si pria. Aku terdiam hingga kemudian memberanikan diri untuk menyelesaikan cerita ini. Sudah telanjur basah, aku ingin tahu pesan dalam cerita ini.
Sang Pencipta melanjutkan apabila si pria berbuat buruk seperti mengobarkan seseorang maka itu berarti ia mengorbankan dirinya sendiri. "Setiap tindakan kebaikan yang Anda lakukan, Anda lakukan untuk diri sendiri."
Si pria termenung begitu lama. Ia terpekur, mencoba memahami informasi yang baru diterimanya.
Mengapa?" Anda bertanya kepada saya. "Kenapa melakukan semua ini?"
"Karena suatu hari, Kamu akan menjadi seperti aku. Karena itulah Kamu. Anda salah satu dari jenis saya. Anda adalah anak saya. "
Si pria ragu. Apakah ia nanti menjadi Sang Pencipta atau Yang Maha Kuasa atau Tuhan?
"Belum. Anda seorang janin. Anda masih tumbuh. Setelah Anda menjalani setiap kehidupan manusia sepanjang masa, Anda akan tumbuh cukup untuk dilahirkan. "
"Jadi seluruh alam semesta," katamu, "hanya saja ..."
"Sebuah telur." Aku menjawab.
***Cerita ini singkat, namun dampaknya besar. "The Egg" banyak dibicarakan dan dibahas. Ia menjadi salah satu karya Andy yang populer. Ceritanya bagi sebagian orang terasa aneh dan janggal. Tak sedikit yang menganggap cerita ini merusak keimanan. Tapi mereka yang berpandangan terbuka lebih berfokus pada makna dan pesan dalam cerita ini.
Aku sendiri merasa cukup terkejut dengan isi cerita "The Egg". Tapi aku kagum dengan pesan dalam cerita ini. Intinya kita diharapkan untuk berperilaku baik kepada semua orang, seperti kita ingin diperlakukan. Ketika kita berlaku baik ke A maka kita seolah-olah berlaku baik kepada diri kita sendiri. Apabila kita ingin menyakiti B maka bayangkanlah kita ingin menyakiti diri sendiri. Menurutku itulah inti cerita tersebut.
Ceritanya singkat, dialognya tajam dan berkesan. Maknanya juga dalam.
Oleh karena kesuksesan cerita pendek ini maka banyak yang mencoba mengadaptasinya dalam sebuah film live action dan animasi. Adaptasi resmi berupa animasi yang diluncurkan oleh kanal Kurzgesagt di YouTube. Animasi yang diluncurkan tahun 2019 ini telah ditonton sebanyak 13 juta kali.
Gambar-gambar dalam animasinya relatif sederhana. Sang Pencipta tidak digambarkan secara jelas untuk memberikan penghormatan terhadap unsur spiritual. Cerita disampaikan dengan dialog dan kisah seperti awal kecelakaan diberikan secara kronologis. Ada pilihan subtitle bahasa Indonesia sehingga penonton bisa lebih mudah mencernanya.
Apakah cerita ini harus dipercayai? Bisa ya dan bisa tidak karena ini hanyalah fiksi. Yang lebih penting adalah menyesapi maknanya. Inti ceritanya adalah selalu berbuat baik kepada semua manusia.
Referensi: sumber cerita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H