Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kucing Itu Memilihku

15 April 2020   21:20 Diperbarui: 15 April 2020   21:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aroma tubuhnya menguar ketika aku mendekati dirinya. Aromanya seperti debu, kadang-kadang seperti handuk basah. Meski demikian aku betah berada di dekatnya. Kadang-kadang kami sibuk sendiri, aku sibuk membaca atau menulis sementara ia asyik mendengkur. Saat ia sudah pulas terlelap, aku mengelus bulunya yang suram. Terkenang persahabatan awal kami hingga lebih dari lima tahunan.

Ia masih satu bulanan ketika berani menampakkan diri di halaman. Waktu itu ada tukang yang hendak membenahi bagian belakang yang bocor. Mereka perlu lewat pintu selasar samping. Lalu aku ingat beberapa hari sebelumnya aku mendengar suara anak kucing bersumber di situ. Kuminta mereka untuk hati-hati melangkah.

Karena ada gangguan tukang, mengganggu kenyamanan tempat tinggalnya, anak kucing itu ke luar. Ia berwarna jingga kecokelatan. Bersamanya adalah kucing kelabu yang berukuran lebih kecil darinya. Keduanya nampak penasaran dengan dunia luar. Selama berhari-hari dunia mereka hanyalah selasar yang sempit.

Keduanya nampak antusias. Kuperkirakan kedua anak kucing itu baru usia sebulanan. Mereka lincah dan penuh keingintahuan.

Mereka melompat,berlarian, dan kemudian asyik petak umpet di antara rumput dan pot bunga. Adaptasi mereka cukup baik. Mereka tak takut dengan dunia luar. Juga, dengan manusia.

Apa yang dilihat anak kucing oren dariku. Ia menggeram kepadaku tapi kemudian tak takut lalu cuek berlalu. Karena sarang mereka diusik, akhirnya si ibu kucing, Nori, membawa kedua anaknya di bawah kursi di teras agar tak terkena tampias air hujan.

Tak lama kemudian saudaranya meninggal. Anak kucing berwarna oren itu kini sendirian bersama induknya. Ia nampak lincah dan tangkas. Ia dengan sedikit takut-takut memerhatikanku yang memberi makan ibunya. Lama-kelamaan ia tergoda untuk ikut makan. Jika keduanya lapar, wajah mereka suka nempel di jendela. Termasuk ketika aku menyantap mie goreng.

Sekitar usia tiga bulan, anak kucing yang kuberi nama Nero itu mulai ke luar masuk rumah. Ia memilihku. Ia memilihku jadi sahabatnya.

Aku percaya kucing itu sendiri yang memilih manusia untuk dijadikan sahabat. Beberapa di antaranya terasa mirip dan seperti pernah kukenal pada masa lampau.

Si Nero terasa mirip dengan dua ekor kucingku, T-Bob dan Dangdong. Aku langsung merasa akrab dan kenal dengannya.

Apakah aku percaya reinkarnasi? Entahlah. Tapi ketika melihat wajah dan perawakan Kidut Jr. aku lagi-lagi merasa tak asing. Wajah dan karakternya sangat mirip dengan Pwan dan Kidut senior yang telah almarhum. Kidut senior meninggal awal Desember dan Kidut Jr lahir pada akhir minggu ketiga Desember. Ia langsung akrab denganku sejak masih matanya buta.

Kucing-kucing itu aku yakin memilih tuannya sendiri. Ia ingin punya sahabat yang juga menyayangi dirinya. Atau jangan-jangan mereka punya misi tersendiri untuk melindungiku dan menjadi sahabatku seperti dalam film "A Dog's Purpose"? Wah bisa jadj.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun