Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pesan Keberagaman Lewat Sajian Makanan Gugah Selera dalam "Tabula Rasa"

6 April 2020   16:30 Diperbarui: 6 April 2020   16:32 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan kultur Papua dan Minang lewat Film--fimela.com

Kuah berwarna kuning kemerahan itu dimasak dengan tungku kayu bakar. Kepala ikan kakap dimasukkan, lalu diaduk perlahan-lahan. Tak lupa ditambahkan daun ruku-ruku dan dibiarkan matang. Adegan memasak gulai kepala ikan kakap dalam "Tabula Rasa" itu kontan membuatku merasa lapar.

Sebelum film "Aruna dan Lidahnya" rilis pada tahun 2018, hadir terlebih dahulu "Tabula Rasa", yang juga memanjakan penonton dengan visual beragam makanan yang menggugah selera. Padahal sejatinya "Tabula Rasa" bukan berfokus sebagai film kuliner, ia bercerita tentang para pelaku dalam film yang menemukan harapan baru.

Pemuda itu bernama Hans (Jimmy Kobogau). Ia tinggal di panti asuhan dan biasa membantu memasak untuk seluruh penghuni panti. Sehari-harinya ia berlatih sepak bopa dan menjadi anggota tim kesebelasan sebuah klub di Serui, Papua.

Hingga suatu ketika datanglah pencari bakat. Ia diajak ikut klub sepakbola di Jakarta. Ia sangat bangga dan menerima tawaran tersebut.

Selang beberapa waktu kemudian, penampilan Hans berubah. Ia brewokan, bajunya lusuh dan ia bekerja apa saja untuk mendapatkan uang. Jalannya juga pincang.

Ketika ia gagal bunuh diri, ia ditolong seorang Ibu dan asistennya. Ibu yang disebut Mak Uwo (Dewi Irawan) itu rupanya pemilik kedai nasi padang. Ia memberi Hans sepiring nasi dan semangkuk gulai kepala ikan kakap yang mengingatkan Hans pada masakan ikan kuah kuning kampung halamannya.

Hans diajak membantu Mak berbelanja ke pasar (sumber: TheJakartaPost)
Hans diajak membantu Mak berbelanja ke pasar (sumber: TheJakartaPost)

Mak Uwo beberapa kali mengajak Hans membantunya berbelanja ke pasar. Perhatian Mak kepada Hans menimbulkan iri hati asistennya, si juru masak Parmanto (Yayu Unru) dan si juru hidang Natsir (Ozzol Ramdan). Konflik semakin pelik ketika tak jauh dari warung mereka, hadir restoran padang yang megah.

Hidangan yang Menggugah Selera
Dapur milik Mak Uwo terbilang sederhana. Ia masih menggunakan kayu bakar. Untuk memarut dan memeras santannya ia lakukan sendiri karena ia beranggapan semua makanan akan lebih enak jika diolah dengan tangan.

Ia setia dengan resep dan teknik memasaknya. Masakan rendang harus diaduk dengan hati, tak boleh keseringan diaduk atau sebaliknya, jarang diaduk, selama sekitar empat jam.

Dalam film 100 menitan ini penonton diajak ikut memasak, menikmati hidangan lewat mata, dan juga menambah pengetahuan tentang jenis masakan. Ada rendang basah yang disebut kalio dan ada juga rendang kering yang agak kehitaman. Ada juga dendeng batakok yang penampilannya mirip empal gepuk tapi dengan irisan cabe hijau.

Hans yang berdarah Papua diajak berlatih memasak Minang (gambar: liputan6)
Hans yang berdarah Papua diajak berlatih memasak Minang (gambar: liputan6)

Selama menonton, aku tiba-tiba merasa lapar dan ingin sekali menyantap aneka masakan Padang, termasuk masakan Papua yang dimasak oleh Hans. Adriyanto Dewo, si sutradara, dengan timnya berhasil memikat penonton lewat visual makanan.

Pesan Keberagaman yang Kental
Film "Tabula Rasa" rilis di bioskop pada tahun 2014. Ia berhasil menyabet 6 nominasi piala Citra dan meraih 4 piala lewat sutradara, pemeran utama wanita, pemeran pendukung pria, dan penulis skenario asli terbaik. Para pemerannya memang juara. Mereka berakting natural. Di antara ketiga pemain, hanya Dewi Irawan yang memiliki darah Minang. Ozzol Ramdan dan Yayu masing-masing berdarah Sunda dan Makassar. Oh ya sejak 31 Maret film ini ditayangkan secara streaming di Netflix.

Beberapa lagu memberikan latar dan memperkuat emosi sebuah adegan. Menguatkan nuansa Minang ada "Teluk Bayur" dari Ernie Djohan dan "Mak Inang Pulai Kampai. Selain itu juga ada musik dari alat musik tradisional yang mewakili Minang seperti saluang dan Papua seperti tifa.

Film ini kaya pesan. Yang pertama untuk membantu siapapun tanpa membedakan suku. Mak Uwo tanpa beban berupaya menolong Hans. Pesan kedua yaitu tidak mengharapkan pamrih ketika membantu. Hans diingatkan Mak agar tidak mengukur segala sesuatunya dengan materi.

Hans dari yang depresi mencoba kembali menemukan harapan baru (gambar: filmdoo.com)
Hans dari yang depresi mencoba kembali menemukan harapan baru (gambar: filmdoo.com)

Pesan berikutnya yang menyentuh adalah keberagaman. Siapa nyana orang Papua bekerja di warung Padang dan kemudian belajar memasak aneka sajian Padang. Dalam film ini juga kental dengan dialog Minang, juga kelakar khas Minang dan Papua.

Pesan terakhir dan inti film ini adalah "tabula rasa". Ia bermakna kertas kosong atau memulai sesuatu yang baru. Kalian akan bisa menyaksikan perubahan dalam tiap-tiap tokoh dalam film ini seiring dengan dinamika cerita.

Detail Film:

Judul: Tabula Rasa
Sutradara: Adriyanto Dewo
Pemeran: Jimmy Kobogau, Dewi Irawan, Yayu Unru, Ozzol Ramdan
Genre: Drama
Skor: 8/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun