Rumah sudah rapi dan bersih. Aku siap membuka laptopku untuk mengetahui apa yang bisa kukerjakan hari ini. Meski work from home, kami tetap absen pagi dan petang. Selanjutnya kami mencatat pekerjaan atau menyetor pekerjaan hari itu. Â
Ketika hendak menggerakkan tetikusku, posisinya sudah tak lagi di dekatku. Si Kidut Jr. , anak kucing berusia tiga bulan, asyik memainkannya. Ia bermain dengan tetikus seperti bermain bola.Â
Tetikus itu masih dalam posisi menyala dan terhubung dengan laptop. Alhasil posisi cursor ke sana ke mari dan hendak menutup sebuah jendela. Aku pun berupaya merebut tetikusku yang masih asyik dimainkan Kidut.Â
Dan mulailah drama seperti hari-hari yang lalu, berebut tetikus. Setelah berhasil kurebut, biasanya Kidut tak tinggal diam dan kembali menggangguku. Akhirnya aku menyerah. Tetikusku kumatikan dan kubiarkan si Kidut bermain dengannya.Â
Ada tiga kucing di rumahku. Ada Nero yang paling tua, berusia lima tahunan, disusul si Mungil yang baru 1,5 tahunan. Yang paling bontot adalah Kidut, anak si Mungil. Ketiganya kompak menemaniku bekerja dari rumah.Â
Sebenarnya aku senang ditemani mereka,apalagi jika mereka sedang manis-manisnya. Tiduran dengan posisi lucu-lucu. Â Tapi ketika mereka berulah, maka situasi berubah jadi tidak lucu.Â
Si Nero mudah sekali lapar. Demikian juga dengan para juniornya. Biasanya jika aku bekerja di luar rumah, minima dua kali ia makan. Tapi jika ia tahu aku ada di rumah seharian, maka ia bisa makan empat kali sehari, membuat persediaan makanan kucingku jebol.Â
Setelah makan kenyang, barulah tidur atau asyik bermain. Si Kidut Jr. tak hanya asyik bermain tetikus, jika tetikus sudah berhasil direbutnya, maka ia pun mengincar lagi sesuatu.Â
Hapeku. Ia duduki. Atau jika melihatku memencet atau mengetik teks maka ia pun langsung penasaran, dan ikut-ikutan meletakkan kaki depannya ke hapeku. Drama kembali terjadi, kali ini rebutan hape. Tapi kali ini aku tak menyerah dan kupertahankan.Â
Tetikus sudah berhasil direbut. Mouse pad atau bantalan tetikus kemudian jadi incaran. Ia pun tiduran di sana, berpura-pura sambil matanya melirik jail, seperti merencanakan sesuatu. Â
Ya, ia melakukan lagi sesuatu yang nakal. Ia melompat ke laptopku dan kakinya menginjak-injak tuts kebyboard. Layar jadi gelap, lalu berubah jadi terang. Tulisan aneh dengan penuh konsonan pun kemudian menghias di layar. Ia nampak gembira dengan kenakalannya.Â