Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pedagang Kasur, Penjaja Lemari, dan Penjual Tiang Jemuran

15 Januari 2020   23:28 Diperbarui: 16 Januari 2020   00:04 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan puluhan kendaraan yang seperti parkir masal sudah menjadi pemandangan keseharianku saat pulang kerja. Pemandangan ini tak berubah hingga malam. Kendaraan bergerak dengan perlahan-lahan. Suatu ketika suasana kemacetan itu diperburuk oleh gerimis yang mulai tiba. Aku merasa sedih juga kesal. Lalu mataku menangkap pemandangan seorang pedagang.

Usianya sekitar 50-an jelang 60 tahun. Ia nampak lelah. Ia duduk bersandar di tiang listrik. Matanya menerawang menghadap jalanan. Ia tak memedulikan gerimis yang menghujaninya. Pikirannya mungkin sedang berkelana.

Ia pedagang kasur. Aku melihat kasur gulung di sampingnya. Ketika gerimis mulai rapat ia pun bangkit, lalu berteduh di depan warung, kuatir barang dagangannya basah. Mataku juga mulai basah, untunglah gerimis itu menyamarkannya.

Di jalanan dari kawasan Cijantung menuju Depok beberapa kali aku menjumpai pedagang keliling. Ada pedagang sandal dan sepatu, yang masuk ke tiap toko untuk menawarkan barang dagangannya. Juga ada penjaja sabuk kulit. Ia menyampirkan dagangannya ke pundaknya.

Sesekali ia berhenti, menawarkan sabuk-sabuknya ke orang-orang yang ditemuinya. Ia tak putus asa jika ada yang menolak, ia terus melangkah dan menawarkan produk-produknya. Lainnya adalah penjual buku, cermin, bandeng presto, dan masih banyak lagi.

Ada pula pedagang kasur, baik kasur lipat maupun kasur gulung. Ada yang membawa dua kasur lipat di kanan kiri tubuhnya. Ada juga yang mampu membawa enam buah kasur gulung. Mereka tak menggunakan gerobak, hanya mengandalkan kekuatan tubuhnya untuk membawa barang dagangannya dan tenaga untuk melangkah.

Aku juga menjumpai pedagang tiang jemuran, penjual ember, dan pedagang lemari kecil. Mereka juga berjalan kaki. Penjual ember kadang-kadang menaruh ember di atas kepalanya hampir menutupi matanya. Ia memukul embernya dengan suara keras agar orang-orang tahu kehadirannya. Penjaja jemuran memanggul tiang jemuran sambil melangkah. Sedangkan pedagang lemari kecil kadang-kadang menggunakan bantuan pikulan. Mereka terus melangkah, berkilo-kilo meter.

Mereka orang-orang yang penuh semangat. Ketegaran, kerja keras dan semangat mereka menulariku. Setiap berpapasan dengan mereka, aku berharap rejeki selalu lancar menjemput mereka.

Pedagang keliling memiliki ketekunan dan semangat pantang menyerah. Aku patut meneladaninya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun