Pemandangan puluhan kendaraan yang seperti parkir masal sudah menjadi pemandangan keseharianku saat pulang kerja. Pemandangan ini tak berubah hingga malam. Kendaraan bergerak dengan perlahan-lahan. Suatu ketika suasana kemacetan itu diperburuk oleh gerimis yang mulai tiba. Aku merasa sedih juga kesal. Lalu mataku menangkap pemandangan seorang pedagang.
Usianya sekitar 50-an jelang 60 tahun. Ia nampak lelah. Ia duduk bersandar di tiang listrik. Matanya menerawang menghadap jalanan. Ia tak memedulikan gerimis yang menghujaninya. Pikirannya mungkin sedang berkelana.
Ia pedagang kasur. Aku melihat kasur gulung di sampingnya. Ketika gerimis mulai rapat ia pun bangkit, lalu berteduh di depan warung, kuatir barang dagangannya basah. Mataku juga mulai basah, untunglah gerimis itu menyamarkannya.
Di jalanan dari kawasan Cijantung menuju Depok beberapa kali aku menjumpai pedagang keliling. Ada pedagang sandal dan sepatu, yang masuk ke tiap toko untuk menawarkan barang dagangannya. Juga ada penjaja sabuk kulit. Ia menyampirkan dagangannya ke pundaknya.
Sesekali ia berhenti, menawarkan sabuk-sabuknya ke orang-orang yang ditemuinya. Ia tak putus asa jika ada yang menolak, ia terus melangkah dan menawarkan produk-produknya. Lainnya adalah penjual buku, cermin, bandeng presto, dan masih banyak lagi.
Ada pula pedagang kasur, baik kasur lipat maupun kasur gulung. Ada yang membawa dua kasur lipat di kanan kiri tubuhnya. Ada juga yang mampu membawa enam buah kasur gulung. Mereka tak menggunakan gerobak, hanya mengandalkan kekuatan tubuhnya untuk membawa barang dagangannya dan tenaga untuk melangkah.
Aku juga menjumpai pedagang tiang jemuran, penjual ember, dan pedagang lemari kecil. Mereka juga berjalan kaki. Penjual ember kadang-kadang menaruh ember di atas kepalanya hampir menutupi matanya. Ia memukul embernya dengan suara keras agar orang-orang tahu kehadirannya. Penjaja jemuran memanggul tiang jemuran sambil melangkah. Sedangkan pedagang lemari kecil kadang-kadang menggunakan bantuan pikulan. Mereka terus melangkah, berkilo-kilo meter.
Mereka orang-orang yang penuh semangat. Ketegaran, kerja keras dan semangat mereka menulariku. Setiap berpapasan dengan mereka, aku berharap rejeki selalu lancar menjemput mereka.
Pedagang keliling memiliki ketekunan dan semangat pantang menyerah. Aku patut meneladaninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H