Hujan mulai sering mengguyur Jakarta pada petang. Bukan hanya manusia yang merasa was-was ketika pulang berhujan-hujan, para kucing juga ikut waspada. Bulu basah terasa tidak nyaman. Nero si kucing oren, juga merasa jadi agak sulit menjalankan tugasnya patroli keamanan kucing saat musim hujan tiba.
Petang itu aku baru saja pulang kerja. Aku mengenakan jas hujan, sayangnya celanaku yang tak terlindungi pun basah. Pagar rumah kubuka. Si Nero menghambur ke arahku. Ia berlari kencang menerobos hujan. Tapi tetap bulunya basah. Tak apa-apa kata Nero, yang penting sebentar lagi makan malam.
Kasihan Nero. Aku segera mengambil kain dan mengelap bulunya, mengeringkannya. Nero berkata dengan bahasa kucing, ia lapar dan sudah begitu sabar menungguku untuk dibuatkan makan malam.
Nero mendapat dukungan dari Coki, si kucing cokelat kecil dan si Mungil Ponoc yang cantik. Keduanya juga lapar apalagi musim hujan.
Ya, aku tak bisa langsung beristirahat atau sekedar berganti pakaian. Aku pun segera menuju dapur dan mengambil potongan ikan. Mau direbus atau digoreng? Tanyaku.
Hujan-hujan, mereka kompak minta ikan rebus. Omong-omong aku membeli beberapa ekor ikan kembung dan ikan layang dan kali ini aku tak sempat ikut menyantapnya. Ketiga kucing itu ganas pada musim hujan. Jika akhir pekan bisa empat kali makan, kadang-kadang nambah. Musim hujan bikin lapar, ketiganya kompak mencari alasan.
Setelah kenyang, kucing-kucing pun bermalasan. Nero menuju spot favoritnya. Ia bermalasan di dekat kipas angin dan kemudian matanya mulai terpejam.
Tapi ia sulit untuk memejamkan mata. Si Coki bertanya, "Nero, Kamu kenapa?"
Nero melemaskan badannya. Aku lelah, jawabnya. Usianya kini lima tahunan, tidak seperti tahun-tahun dulu badannya kini kurang bugar. Tugasnya seperti kucing alpha, pimpinan kucing di gang mulai terasa berat.
Tapi aku suka tugas ini, membuatku terasa begitu jantan, lanjut Nero. Mungkin aku hanya lelah dan tubuhku masih setengah basah, imbuhnya.
Coki merasa kasihan. Nero kucing paling tua di rumah. Ia nakal, suka merebut makanan, tapi juga suka membela mereka jika diganggu kucing lainnya.
Coki kemudian menghibur si Nero. Ia kemudian memijat dan menjilat-jilat bulu Nero. "Kubersihkan tubuhmu, Nero, biar Kamu tetap bersih, nyaman, dan tampan," ujarnya.
Coki pun membersihkan tubuh Nero. Nero pun kemudian merasa nyaman. Ia tidur pulas cukup lama, hingga perutnya kembali lapar dan ia kembali ingin makan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H