Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cerita Sore Hari dan Nasi Goreng Kambing

12 Desember 2019   18:04 Diperbarui: 12 Desember 2019   17:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seporsi nasi goreng kambing dan jeruk manis (dokpri)

Kini pedagang makanan semakin beragam di kawasan ini. Baik yang berupa restoran besar, kedai sederhana, maupun warung tenda dan makanan kaki lima mencoba menarik pembeli dengan tampilan dan aroma makanannya. Fasilitas WiFI, AC, dan ruangan yang nyaman biasanya disuka rombongan anak muda. Sementara aku lebih mudah tergoda oleh aroma dan makanan yang tidak begitu mahal.

Kini petang ini aku membiarkan langkahku dan mataku bersatu padu menelusuri satu-persatu makanan yang dihidangkan di Taman Solo. Tak kutemukan mie ayam ataupun bakmi. Aku pun kemudian terpaku dengan nasi goreng kambing yang disajikan oleh warung tenda.

Aku menyibak kain dan masuk ke dalam tenda. Tempatnya sederhana. Menunya serba kambing, termasuk nasi gorengnya. Aku pun kemudian sabar menunggu dan mencoba untuk tak marah ketika ada pembeli lainnya yang asyik merokok.

Ibunya memasak dengan brutal. Ia tak memperlakukan bahan makanan dengan rasa sayang. Ia memasak dengan api besar ketika memulai untuk tumisan. Aku merasa ngeri bawang putih dan lainnya bakal gosong.

Ya nasi goreng kambing itu terhidang. Tampilannya sederhana. Untunglah rasanya lumayan meski daging kambingnya hanya seperti aksesori belaka.

Rupanya aku lapar. Sebagian nasi goreng pun masuk ke dalam perut. Ditutup dengan jeruk hangat.

Dulu aku punya nasi goreng kambing langganan di kawasan ini. Nasgornya sedap dan irisan daging gorengnya cukup banyak. Harganya juga tak begitu mahal.

Entah kemana pedagang nasgorkam itu pindah. Nasgorkam yang kusantap kali ini rasanya sulit menggantikannya.

Pembeli kini mulai ramai. Langit pun juga mulai menggelap, sebentar lagi matahari terbenam. Aku merapikan tas dan jaketku, perjalanan pulang bakal panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun