Pemandangan serupa beberapa kali kujumpai di sebuah pusat perbelanjaan dekat rumah. Meski lokasi obral bukunya dekat tempat makan yang banyak diisi kalangan muda, tapi tetap tak banyak yang antusias memilih-milih buku atau mengaduk-aduknya untuk menemukan 'harta karun'.
Di perpustakaan ini saat aku ke sini pada jam makan siang, sudut untuk membaca koran dan majalah juga termasuk sepi. Yang ramai adalah ruang-ruang lainnya, ruang yang menyediakan puluhan komputer untuk berseluncur ke halaman web dan mengerjakan sesuatu dengan komputer, juga ruangan bebas yang bisa digunakan untuk duduk-duduk.Â
Di ruangan duduk tersebut pengunjungnya sarat. Hampir setiap bagian sofa terisi. Mereka asyik dengan kesibukannya masing-masing, berseluncur dengan hapenya masing-masing menggunakan Wifi.
Aku bertanya-tanya apakah kegiatan membaca buku fisik sudah tak lagi menyenangkan bagi kaum mahasiswa dan gen Z? Apakah memang kegiatan berseluncur halaman wen dan bermedia sosial lebih menarik?Â
Aku mencoba berpikiran positif. Bisa jadi para pengunjung sedang membaca pustaka, buku teks, jurnal, dan sebagainya lewat hape.
Bisa jadi perpustakaan ini suatu ketika bakal sepi. Ruangan-ruangan di bagian atas yang berisi koleksi buku teks dan karya mahasiswa juga mulai kurang diminati.
Generasi muda bisa jadi memang lebih suka membaca secara daring daripada menggunakan buku fisik. Wah kalau gitu petugas perpustakaan harus lebih sering memutakhirkan koleksi pustaka daringnya.
Tapi jangan sampai tak ada sama sekali pustaka fisik karena masih ada kalangan sepertiku yang juga doyan buku fisik dengan berbagau keunggulannya.Â
Wah lusa ke bursa buku lagi ah. Aku masih penasaran dengan buku Mangir dan buku karya Mitch Albom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H