Kabar bakal dihelatnya nobar horor di bioskop Grand Theater Senen mendapat sambutan hangat. Dalam beberapa jam tiket pun sudah ludes hingga kemudian dibuka beberapa jadwal pertunjukan.Â
Namun entah kenapa acara nobar di eks bioskop tersebut kemudian dibatalkan oleh pihak bioskop. Namun sisi positifnya masyarakat jadi ingat akan keberadaan bioskop tua. Tidak hanya di Jakarta tapi juga di kota-kota lain. Apa kabar bioskop tua?
Yang kuingat dari bioskop di seberang Atrium Senen adalah baliho film-filmnya yang berukuran besar dan menarik perhatian. Jaman itu di tiap bioskop selalu ada baliho di luar gedung yang menunjukkan film yang sedang tayang di tempat tersebut.Â
Dari baliho terlihat bahwa filmnya rata-rata film Indonesia dan mancanegara yang agak lawas. Di bioskop lain sudah turun layar, tapi di bioskop tersebut masih tayang. Kupikir bangunan itu dimiliki satu bioskop, ternyata ada dua bioskop, Mulia Agung dan Grand Theater.
Dulu bersama kawan aku pun penasaran ingin tahu seperti apa bioskopnya. Aku pun naik tangga ke gedung tapi kemudian urung karena bangunannya yang nampak kurang terawat dan beberapa pria yang merokok di sana membuatku kurang nyaman. Apabila ramai-ramai dan tidak hanya bertiga mungkin aku sudah berani untuk menonton di sana. Bisa jadi pengalaman tersendiri.
Bioskop tua yang pernah kujajal hanya Megaria. Sebelum menjadi bioskop elit seperti saat ini bioskop Megaria memiliki layar yang tidak begitu besar. Tiketnya murah, jika dibandingkan dengan bioskop Atrium dan TIM masa itu. Biasanya sebelum nonton kami jajan pempek Megaria yang beken, yang waktu itu juga belum semahal sekarang.
Aku jadi penasaran dan kemudian mencari tahu. Ada sebuah blog yang mengupas tentang keberadaan bioskop jadul, salah satunya Rivoli. Dari blog 'notenggakpenting' rupanya pada tahun 70-an di Jakarta terdapat 53 bioskop.Â
Bioskop Rivoli menjadi favorit karena khusus memutar India. Namun sejak maraknya televisi swasta, bioskop ini makin sepi. Kini bangunannya telah dibongkar dan menjadi Hotel Rivoli.
Bangunan bioskop jaman dulu banyak berpusat di kawasan Jakarta Pusat, khususnya Senen, Kramat Raya, Sawah Besar, dan Menteng. Dari info yang kuperoleh di Kompas, bioskop jadul itu di antaranya Bioskop Menteng di kawasan Menteng; Rivoli, Rialto, Rex, dan Grand Theater, Mulia Agung di Senen; dan Globe, Cathay, Astoria, dan Capitol di Sawah Besar.
Bioskop ini sebagian besar telah beralih fungsi. Rialto menjadi Gedung Kesenian Wayang Bharata. Bioskop Orion menjadi Plaza Orion. Lainnya ada yang menjadi pertokoan, dan sebagainya. Di antara bioskop tersebut ada juga yang masih dibiarkan terbengkalai seperti bioskop di Senen Raya tersebut.
Melihat penampilan dua bioskop itu sebenarnya masih bisa direvitalisasi. Lokasinya juga strategis. Jika pihak swasta kurang tertarik maka pihak Pemda bisa membenahinya dan menjadikannya bioskop alternatif, menjadi bioskop khusus pemutaran film lawas atau juga bisa menjadi bioskop rakyat dengan harga tiket yang lebih terjangkau.
Sebenarnya bukan hanya di Jakarta,di kota-kota juga terdapat bioskop tua yang terbengkalai. Bioskop Kelud di Malang, misalnya. Bioskop ini dulu merupakan bioskop layar tancap legendaris. Ia sudah ditutup sejak pertengahan tahun 90-an. Beberapa waktu lalu bioskop ini coba dihidupkan dengan digunakan oleh komunitas untuk mengadakan festival buku dan layar tancap.
Bioskop tua tersebut menjadi saksi perubahan dinamis di sebuah kota. Bangunan-bangunan bioskop lawas yang belum berubah fungsi seyogyanya bisa difungsikan kembali menjadi ruang tontonan alternatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H