Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gadis Terampil dan Kucing Mungil

20 Oktober 2019   21:29 Diperbarui: 20 Oktober 2019   21:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis terampil dan kucing (ilustrasi: pixabay)

Gadis terampil baru selesai mengikuti kuliah. Ia kemudian bergegas pulang. Ibu pasti perlu bantuan. Hingga senja tiba ia baru selesai bekerja.

Gadis terampil itu cekatan. Ia juga pandai memasak. Setiba di rumah, ia mengenakan celemek kemudian menuju dapur warung yang terletak di sebelah rumahnya. Jam-jam seperti ini pembeli masih banyak dan biasanya masakan yang di siapkan ibu pada pagi sudah habis.

Ibu menyambutnya. Gadis terampil sudah tahu tugasnya. Ia akan mengiris bahan masakan dan bumbu-bumbu, lalu menghaluskannya. Ia akan membuat sayur tumis telur puyuh juga semur tahu dan daging. Kedua masakan ini banyak penggemarnya. Banyak pembeli yang juga membawanya pulang.

Sebagai menu tambahan, gadis terampil akan membuat tahu isi sayuran dan tahu isi udang yang digoreng dan dikukus. Dua varian. Ada yang suka makanan digoreng dan makanan yang dikukus.

Usai memasak, gadis terampil merasa lelah dan lapar. Ia pun beristirahat dan makan siang. Keringatnya sudah membasahi kausnya. Dapur memang begitu panas. Kasihan ibu yang saban hari seperti ini.

Gadis terampil lalu menggantikan ibunya melayani pembeli. Ibunya juga pasti lapar dan ingin istirahat. Ibu juga akan memeriksa adik-adiknya apakah kedua adiknya sudah makan sebelum mereka nanti sore mengaji.

Sore menjelang. Kedua adiknya sudah mandi dan terlihat segar. Keduanya siap mengaji. Gadis terampil membalas lambaian tangan mereka. Ia pun merapikan meja dan membantu ibu mencuci piring. Jam-jam segini biasanya pembeli sudah tak banyak.

Sambil menunggu pembeli gadis terampil duduk di bangku depan warung. Pandangannya lalu tertuju pada seekor kucing. Kucing itu masih begitu mungil. Warnanya putih dan bulunya tebal. Ia jadi seperti gumpalan bulu.

Gadis terampil memerhatikannya. Ia melihat ke sana ke mari. Siapa tahu ada induknya. Tapi ia tak kunjung melihatnya. Wah kasihan si kucing mungil itu.

Gadis terampil melihat isi etalasenya. Ada ikan kembung goreng. Si kucing mungil mungkin lapar. Ia mengambilnya dan memisahkan dagingnya dengan durinya. Rupanya benar si kucing mungil itu lapar. Kasihan.

Mendekati Maghrib, warung makan itu tutup. Keduanya juga perlu beristirahat. Gadis terampil membereskan makanan di etalase lalu menutup pintu warung. Ia melihat di bawah bangku depan warung si kucing mungil meringkuk. Ia sepertinya kedinginan.

Ketika itu Ade dan Dina, kedua adiknya pulang dari surau. Mereka juga melihat kucing mungil itu. "Kak, kucing mungilnya lucu. Biar Ade yang pelihara ya?"

Ade seperti menjawab doanya. Ia berharap memang ada yang mengadopsi si kucing mungil, sementara ia tak sanggup karena tugasnya cukup banyak, kuliah dan membantu ibu. "Namanya Mungil," seru Dina.

Gadis terampil mengangguk ke adiknya. Ade dan Dina nampak gembira. Mereka langsung mencarikan kardus dan mengalasinya dengan kain agar si Mungil hangat.

Selamat datang si Mungil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun