Hawa yang panas saat siang hari di Yogya tak menyurutkanku untuk ingin segera mereguk cokelat hangat. Aroma cokelatnya begitu menggoda. Apalagi cokelat ini merupakan produk yang dibuat sendiri oleh warga desa Nglanggeran. Wah rasa minuman cokelat hangat ini memang sesedap aromanya.
Ada begitu banyak varian minuman cokelat, dari yang hanya berupa bubuk cokelat, bubuk cokelat yang dicampur susu sapi, dan juga bubuk cokelat yang berkombinasi dengan susu kambing etawa dan kombinasi cokelat dan kopi. Wah aku jadi bingung memilih yang mana. Akhirnya aku ambil tiga varian untuk buah tangan dan untuk persediaanku di Jakarta.
Warga desa wisata ini rupanya kreatif. Olahan cokelatnya begitu ragam dan menggoda. Membuatku tergoda untuk belanja di Griya Cokelat ini.
Bakpia cokelatnya cepat diburu dan ludes seketika. Rasanya memang beda. Tambahan cokelatnya membuat rasanya seperti ada unsur browniesnya dengan bagian dalam terasa kenyal.
Sedangkan di bagian luar, di gazebo, seorang ibu memeragakan cara membuat dodol. Bubuk cokelat dengan gula pasir dicampur lalu ditambahkan cairan dan tepung lalu diaduk-aduk hingga kental dan matang. Proses pengadukannya memakan waktu minimal dua jam.
Aromanya terasa manis dan cokelat. Sayang dodol yang segar itu belum begitu kental sehingga belum bisa dicoba.
Apa sih perpaduan kakao dan kambing? Apakah kambingnya rasa cokelat atau kakaonya dicampur susu kambing? Hehehe bisa jadi sih, tapi maksudnya bukan seperti itu.
Di dusun Nglangeran Kulon yang terletak di Patuk, Gunungkidul, sebelum terkenal sebagai desa wisata memang telah beternak kambing dan warganya berkebun kakao. Kegiatan ini kemudian menjadi salah satu atraksi yang ditawarkan ke wisatawan, melihat peternakan kambing peranakan etawa dan perkebunan cokelat.
Kambing ini selain nantinya dijual untuk kurban, juga diolah susunya. Susu kambing etawa memiliki peminat tersendiri.