Surga musik etnik. Itulah julukan yang tepat bagi bangsa Indonesia. Dengan keragaman suku dan budayanya, Indonesia memiliki begitu banyak lagu daerah. Banyak di antaranya yang bagus tak kalah dengan musik modern.
Lagu-lagu daerah yang kuingat diajarkan di sekolah dasar pada mata pelajaran kesenian. Mata pelajaran ini jadi salah satu favoritku karena setiap murid boleh menyanyikan lagu daerah favorit. Waktu itu aku punya buku-buku daftar lagu daerah yang kemudian sebagian di antaranya kupelajari sendiri dengan membaca not angkanya.
Pelajaran berharga yang kudapatkan tentang lagu-lagu daerah ini kuperoleh ketika aku bergabung di paduan suara mahasiswa ITS. Aku banyak dapat ilmu dari unit kegiatan mahasiswa ini.
Dari PSM inilah aku jadi tahu banyak tentang lagu-lagu daerah yang belum banyak kukenal. Hampir setiap kali tampil kami menyertakan lagu-lagu daerah sehingga perbendaraan lagu-lagu daerah yang kuhafal cukup banyak. Bahkan, beberapa kali kami mengadakan pertunjukan khusus lagu-lagu daerah yang mendapat sambutan hangat dari para penonton.
Partitur berisikan lagu daerah sebagian masih kusimpan hingga saat ini. Ada "Bareh Solok", "Janger", "Rek Ayo Rek", Taradigading Dang Do", Â "Bungong Jeumpa", dan sebagainya.
Ada pengalaman menarik ketika menyanyikan lagu-lagu daerah tersebut. Aku masih ingat sewaktu ulang tahun kota Surabaya kami diminta membawakan lagu "Rek Ayo Rek". Lagu ini dibawakan dengan pembagian suara dan aransemen yang sedikit berbeda, sehingga kami berlatih keras seharian untuk kompak karena acaranya dadakan. info acaranya pagi dan kami tampil malam harinya. Namun kami lega dan puas karena sambutan masyarakat hangat dan meriah.
Nah, untuk penampilan pada saat memeriahkan wisuda atau pengukuhan guru besar, ada dua lagu favoritku, yaitu "Lajeungan" dan "Taradigadindang". Lagu "Lajeungan" ini merupakan lagu berbahasa Madura yang berarti layang-layang. Lagu ini sebenarnya termasuk lagu pop modern dengan bahasa dan nuansa etnik Madura.
"Lajeuangan" ini diciptakan oleh Yovie Widianto dan Dody. Ketika dibawakan secara paduan suara maka pembagian suaranya agak rumit, bahkan seingatku untuk suara sopran masih dibagi lagi suara sopran satu dan sopran dua. Tingkat kesulitannya bisa dibilang agak lumayan susah. Kami dulu diminta untuk memahami liriknya dan membayangkan suasana main layang-layangan agar lebih menjiwai lagu ini. Cengkok Madura juga ternyata susah bagiku yang termasuk orang Jawa Timur.
Tengguh tengguh grue lajeungan
tengguh tengguh banyak ongguh lajeungan
Tarek tarek menang kalah
Menang pole tang lajeungan
E kancah oe oe
Ye tarek e tarek oe.. oe lanjeungan
Maen lajeung e maen lajeungan
E kancah oe oe
Ye tarek e tarek oe.. oe lanjeungan
Maen lajeung e maen lajeungan
E ya o ya e ya o
E ya o ya e e e e ya o ya ee
Lagu berikutnya yang rancak dan asyik dinyanyikan adalah "Taradigadindang". Lagu ini merupakan lagu Batak. Awal kenal lagu ini  ketika tampil mengisi wisuda dan aku masih tidak tahu sama sekali lagu ini. Temanku yang menjadi dirigen kadang-kadang memang baru mengumumkan daftar lagu pada saat acara dan menganggap kami semuanya sudah kenal lagu-lagunya. Wah apes, posisiku di depan dan aku tidak tahu lagunya. Akhirnya aku pun mencoba lipsinc hehehe.
Baru penampilan berikutnya aku sudah mulai kenal dengan iramanya dan mulai menghafalkan bagianku. Ya, berikutnya sudah tidak lipsync lagi.
Hutallik tallik Bonani pisang
Bonani tolong inang marsuga-suga
Holan sahali Do Au Martandang
Da Pintor Olo Si Boru Mangalua
Ula dainang magadongmu
Tamba di hangoloanmu
Taradigadingdang dingdangdong
Taradigadingdang dingdangdong
Horas!
Lagu-lagu daerah lainnya juga punya kesan tersendiri seperti lagu "Janger" yang lumayan susah. "Bareh Solok" memiliki nuansa lembut dan riang. Sedangkan "Bubuy Bulan" memiliki nuansa yang megah sekaligus misterius.
Satu lagu daerah lagi yang membuatku terkenang adalah "Anoman Obong". Lagu berbahasa Jawa ini diciptakan Ranto Edy Gudel pada tahun 1996. Lagu ini bercerita tentang Anoman yang menjadi utusan Rama. Dia ketahuan ketika menyusup ke Alengka, kemudian Alengka pun dibakar.
Yang membuatku terkesan, kami berlatih serius dengan musik dan tarian. Rupanya kami diajak berkolaborasi dengan Krakatau Band yang waktu itu mengadakan konser di kampus. Wah jadi sebuah pengalaman tersendiri yang berkesan.
Ceritane wayang jawi
Ing projo ngalengko dirojo
Rahwono rojo arane
Gawe geger, nyolong shinto
Anoman cancut tumandhang
Ngalengko wis dadi awu
Kobong gedhe, jeroning projo
Bong kobong kobong kobong kobong kobong kobong
Menurutku lagu daerah dan lagu nuansa etnis punya kesempatan untuk lebih dikenal. Termasuk jika dikolaborasikan dengan musik modern. Krakatau Band, Viky Sianipar, dan Djaduk Ferianto bersama Kua Etnika termasuk yang eksis dan konsisten mempromosikan lagu-lagu daerah ke kancah internasional dan sukses. Anggun juga pernah berkolaborasi dengan Deep Forest membawakan lagu "Deep Blue Sea" yang kental dengan nuansa etnik Bali dan Sunda. Hasilnya lagu yang syahduh dan indah.
Lagu-lagu daerah ini dikenal dengan nama genre 'world music". Di coursera, mata kursus ini pernah diajarkan dan mendapat sambutan hangat. Sayangnya waktu aku ikut belum ada materi khusus tentang lagu-lagu daerah dan musik etnik nusantara. Padahal teknik bernyanyi ala Mongolia yang disebut hoomij diajarkan di sini, begitu juga dengan beragam teknik yodel dan musik-musik Afrika. Mungkin perlu promosi lebih agar lagu dan instrumen daerah semakin dikenal luas hingga ke mancanegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H