Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mitos-mitos tentang Profesi Programmer

15 Agustus 2019   22:56 Diperbarui: 16 Agustus 2019   20:45 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Programmer hepi jika berhasil (sumber: developerkafasi.com)

Usai rapat dengan klien, kawan-kawanku berceletuk. "Mbak, tadi itu salah satu tamunya programmer ya?" 

Demikian kawanku menebak. Aku masih bingung. Ia lalu mendeskripsikan salah satu tamu. Kawanku yang lain ikut menyeletuk, "Wajahnya penuh penderitaan," ujarnya yang disambut tawa getir kawan-kawan. Kawan-kawanku yang sibuk berkomentar itu adalah para programmer. Lalu aku pun balik berkomentar," Jadi Kalian juga sebenarnya menderita dong?!"

Ada banyak mitos tentang profesi programmer. Ada yang bisa jadi benar, tapi banyak pula yang sekadar anggapan.

Apabila disebutkan pekerjaan sebagai programmer itu bikin menderita, ya bisa jadi benar atau bisa jadi salah. Kalau yang sudah kadung jatuh cinta dengan pekerjaan koding maka meski penuh penderitaan maka ia akan betah melakoninya.

1. Hidupnya suram

Apa sih yang menyebabkan programmer disebut wajah penuh penderitaan? Ini dikarenakan masih banyak klien baik dari pihak luar maupun dari pihak atasan yang menganggap programmer itu bak dewa. Bisa segalanya. Ketika ada perintah dari direktur membuat aplikasi A maka atasan yang bukan murni orang TI beranggapan aplikasi itu bisa sim salabim selesai dalam waktu cepat. Dua minggu, misalnya.

Alhasil si programmer dengan bersungut-sungut tapi juga dengan dedikasi tinggi berupaya mewujudkan "Candi Roro Jonggrang" itu. Mereka tak berhenti membuat baris-baris program dari pagi hingga malam. Bisa jadi mereka sukses membuat aplikasi itu dua minggu atau malah kemudian masuk rumah sakit.

Meme kocak tentang programmer (sumber: me.me)
Meme kocak tentang programmer (sumber: me.me)
Yang kemudian bikin programmer sakit hati, setelah aplikasi tersebut jadi eh malah tidak dipakai. Dianggap tampilannya buruk atau kurang sesuai yang diharapkan. Ini sering terjadi di pemerintahan. Kemudian mereka diminta lagi bikin aplikasi B yang sebenarnya mirip-mirip dengan aplikasi A. Demikian seterusnya, hingga instansi tersebut tak sadar mereka telah beternak aplikasi.

Yang bikin programmer menderita lagi apabila permintaan klien berubah-ubah. Hari ini bilang ingin perhitungan A dan B disatukan. Si programmer pun mengebut menyelesaikannya. Eh besoknya permintaan berubah lagi. Bak sinetron yang berepisode-episode tanpa tahu kapan tamatnya.

Gara-gara sibuk melakukan pekerjaannya, maka kesehatan dan penampilannya kurang terurus. Makan seadanya dan biasanya makan di sela-sela bekerja. Maag dan thypus pun menyerang. Rambut kusut dan penampilan pun seadanya. Yang perempuan bisa jadi tanpa make up dan alas kakinya beda warna.

Hehehe untuk yang penampilan bisa jadi salah, tidak semuanya. Banyak pula programmer dari software house beken yang keren-keren, wangi, dan necis. Mereka juga rajin makan di tempat hits, tak kalah dengan rekan lainnya dari divisi berbeda.

2. Mitos lainnya dari programmer adalah mereka pemalu

Katanya, programmer hanya suka di balik komputer, dan biasanya makhluk malam hari. Hemmm untuk yang ini bisa jadi benar dan salah. Memang di antara kawan-kawanku ada yang suka baru datang ke kantor siang hari karena malamnya melekan mengerjakan koding. Tapi banyak pula di antara mereka yang makhluk pagi hari.

Biasanya mereka malah cekatan pas malam hari (sumber: pinterest)
Biasanya mereka malah cekatan pas malam hari (sumber: pinterest)
Apakah mereka pemalu dan suka di balik komputer? Sebagian iya, sebagian lainnya sama saja dengan kawan-kawan lainnya. Ada yang malah suka ngebanyol dan suka jadi pusat perhatian.

Ya, meskipun ada yang bilang programmer punya wajah penuh derita, tapi mereka buktinya tetap hepi dan bertahan. Seorang rekan yang awalnya seorang konsultan sepertiku memutuskan kembali menjadi programmer. Ia ternyata lebih suka bergaul dengan baris-baris program daripada bertemu dengan banyak orang baru dan harus banyak membaca penelitian dan tren TI terbaru.

Programmer hepi jika berhasil (sumber: developerkafasi.com)
Programmer hepi jika berhasil (sumber: developerkafasi.com)

Profesi apapun jika diminati memang bakal terus digeluti. Jadi programmer mungkin berat dan melelahkan tapi ketika aplikasi itu jadi dan kemudian banyak digunakan oleh user, oh senangnya bukan main.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun