Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Bran Nue Dae", Film Australia yang Angkat Kultur Aborigin

27 Juli 2019   19:17 Diperbarui: 27 Juli 2019   19:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film berfokus pada sosok Willy yang mengalami dilema (dok. Reuters.com)

Siang tadi (Sabtu, 27 Juli) aku dan tiga KOMiKers, Pak Sutiono, Clara, dan Daniel menikmati acara nonton bareng yang diadakan Kedutaan Australia. Acaranya bertempat di Purnululu Theatre. Sebelum menyaksikan film "Bran Nue Dae" kami dijamu kue-kue khas Australia, minuman, dan es krim.

Film "Bran Nue Dae" menjadi film pilihan yang diputar hari ini. Film ini sarat akan kehidupan sosial budaya penduduk asli Australia dengan latar akhir tahun 1960-an. Selain itu salah satu pemerannya, Jessica Mauboy berdarah campuran Indonesia-Australia, ayahnya berasal dari NTT.

Adalah William Johnson alias Willy (Rockie McKenzie) yang merasa berat meneruskan sekolah untuk menjadi seorang pastur. Selama liburan di rumah ia bertemu dengan Rosie (Jessica Mauboy) dan jatuh cinta kepadanya. Ia ingin menetap di kampung halamannya tapi ibunya bersikeras agar ia menuntaskan pendidikannya.

Menjalani pendidikan sebagai seorang pastur itu berat. Penuh kedisiplinan. Ketika Willy diajak kawan-kawannya mengutil makanan asrama, ia pun ikut-ikutan. Ia mengakui kesalahannya tapi ia marah besar ketika Pastur Benedictus (Geoffrey Rush) menganggap ia sebagai aborigin tak berguna. Ia pun kabur dari asramanya di Perth dan berniat kembali ke Brumme, rumahnya.

Wily jatuh hati pada Rosie (tiga dari kiri) | dokumentasi: screenwest.com.au
Wily jatuh hati pada Rosie (tiga dari kiri) | dokumentasi: screenwest.com.au
Saat menggelandang ia bertemu dengan sesama aborigin. Steven Johnson alias Paman Tadpole (Ernie Dingo) bersedia mengantarkannya pulang karena ia juga berasal dari daerah yang sama. Karena tak ada uang ia pun melakukan trik kotor dengan menipu sepasang kekasih dari Jerman di mana si pria berniat mencari ayahnya. Keduanya dengan terpaksa mengantar mereka ke Brumme. Selama perjalanan mereka menghadapi sejumlah tantangan. Apakah Willy bakal kembali menjalani pendidikannya sebagai pastur?

Cerita yang Jenaka dan Serba Kebetulan
Sebelum menonton aku tak melihat sama sekali skornya di IMDb atau Rotten Tomatoes. Aku juga tak melihat trailer dan sinopsisnya. Oleh karenanya aku tak punya ekspektasi seperti apakah filmnya.

Film "Bran Nue Dae" dirilis tahun 2009. Disutradarai oleh Rachel Perkins yang kerap mengusung isu kultur dan hal-hal yang dialami pribumi Australia. Pemerannya aku hanya kenal dengan Geoffrey Rush yang kondang lewat "Shine" dan "Pirates of The Carribean"

Steve melakukan trik agar mereka mendapat tumpangan gratis (impactservices.net.au)
Steve melakukan trik agar mereka mendapat tumpangan gratis (impactservices.net.au)
Ternyata filmnya jenaka, terutama ketika keempat orang itu dipersatukan dalam satu mobil menuju Brumme. Ada-ada saja hal aneh yang ditemuinya. Aku puas tertawa. Akhir ceritanya juga membuat tertawa lebar dengan serba kebetulannya.

Ceritanya sederhana tentang seorang remaja yang diperhadapkan dengan dilema. Ia menjalani serangkaian petualangan sebelum kemudian bertekad untuk menempuh jalan hidup yang dipilihnya. Yang bikin menarik adalah akting pemainnya dan isu akan sosial budaya kaum aborigin.

Meskipun penduduk asli, kaum aborigin pada tahun 1960-an seolah-olah dianggap warga kelas dua. Ada perbedaan tajam antara lingkungan dan kehidupan kalangan kulit putih dan kaum aborigin. Yang berkulit putih lingkungannya nampak rapi dan lebih berpendidikan. Sedangkan rumah-rumah di lingkungan tempat tinggal Willy nampak sederhana dan warganya lebih banyak melakukan pekerjaan fisik. Kaum aborigin yang tinggal di kota pun sebagian di antaranya menjadi gelandangan.

Sarat lagu dan tarian (dok. IMDb)
Sarat lagu dan tarian (dok. IMDb)
Sentilan kaum aborigin terhadap kalangan kulit putih diungkapkan lewat lagu-lagu dalam film. Ada sebuah lagu yang memiliki isi bahwa mereka tak rela negeri yang indah ini dikuasai mereka. Dengan diutarakan lewat musik, tari dan komedi maka pesan dan isu yang penting pun jadi relatif lebih mudah untuk tersampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun