Lama-kelamaan penumpang pun menyusut. Di sebelahku ternyata ada seorang pemuda jangkung dengan rambut yang agak panjang. Dia nampak cemberut, wajahnya kurang bersahabat. Melihatku memerhatikannya ia nampak mendengus kesal. Tapi ia kemudian menyapaku ramah.
"Hari yang berat ya untuk mengawali satu pekan."
Aku memerhatikan kata-katanya, sepertinya ia tak sejudes yang kubayangkan.
"Hahaha rasanya semesta sedang ingin mengajakku bercanda."
Dia nampak kebingungan dan ekspresinya nampak prihatin.
Pintu kereta terbuka. Seorang penumpang yang baru tersadar itu merupakan stasiun tujuannya kemudian bergegas dan mendorong penumpang di depannya. Aku tersenggol dan hampir jatuh. Pemuda itu menangkapku dan menolongku berdiri. Aku melihat bulu kucing di kemejanya. Aku pun tersenyum dan berterima kasih kepadanya.
"Kucingmu seperti apa?" Aku merasa penasaran. Ia menaikkan alisnya dan heran melihatku mengetahui ia juga memelihara kucing.
"Kayak Garfield! Makannya banyak dan tidurnya pulas." Ia tertawa dan aku melihat matanya berseri-seri. Rupanya hariku tak buruk.
Kemudian aku mendengar pesan itu. Aku membacanya dan kemudian merasa lemas. Pertemuan itu dibatalkan. Manajer operasional rumah produksi itu pergi ke luar kota mendadak. Aku ingin marah.
Melihatku cemberut ia kemudian bertanya. "Ada apa?"
Oh aku senang mendengar kata-kata itu. Aku ingin sekali menangis merenungi hariku yang buruk. Menangis tersedu-sedu di pelukannya. Ah tentunya itu hanya khayalanku.
Aku kemudian bercerita. Tentang hobiku membuat ilustrasi dan pekerjaanku membuat komik. Aku juga pernah menjadi animator dan berusaha menjual gagasanku tentang serial pendek anak kucing nakal dan lucu.
Itu ide yang menarik, ujarnya. "Kenapa tidak langsung diwujudkan saja. Kamu dan aku?"