Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terpacu "One Day One Post" Gara-gara Ikut Samber THR

14 Juni 2019   14:58 Diperbarui: 14 Juni 2019   15:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis tiap hari itu apa aja tantangan dan manfaatnya? | Dokumentasi: rawpixels.com

Program Samber THR tahun ini kali kedua yang kuikuti. Ada sensasi yang beda ketika mengikutinya karena peserta diminta menulis tiap hari dan beberapa topik baru diberitahukan jelang hari 'H'. Biasanya setelah ikut program ini selama beberapa hari ke depan ada dorongan untuk konsisten one day one post. Tahun ini juga sama. Seminggu setelah program samber THR berakhir, aku masih menulis tiap hari.

Ada pepatah bijak mengatakan kebiasaan bisa dilatih dengan melakukan hal-hal tertentu secara rutin. Kebiasaan ini berlaku dua-duanya, bisa baik dan juga buruk. Kebiasaan yang baik bisa berupa seperti belajar bahasa, berlatih menulis, berolah raga, dan sebagainya.

Ada beberapa bukti yang kudapat dari melahirkan kebiasaan tersebut. Beberapa di antaranya hanya memerlukan waktu kurang dari lima menit seperti belajar bahasa dan mengasah otak dengan aplikasi seperti Duolingo dan Elevate. Tak kusangka dua aplikasi tersebut telah rutin kugunakan masing-masing selama 404 dan 105 hari.

Mencetak kebiasaan one day one post ini juga sama. Sebenarnya aku juga telah melakukannya selama tiga tahun terakhir, tapi di blog pribadiku. Aku tak tahu dari mana awalnya, sepertinya karena ada tantangan dari sebuah komunitas blogger. Lama kelamaan aku pun rajin melakukannya dan syukurlah sampai saat ini tak terputus. Jika belum menulis hari itu rasanya ada sesuatu yang aneh.

Berbeda dengan menulis di blog pribadi, menulis tiap hari di Kompasiana masih jadi tantangan. Hal ini dikarenakan ketika menulis di blog pribadi aku merasa lebih personal, aku merasa bebas menulis apa saja karena itu blogku. Pembacanya juga tersegmentasi. Aku tahu karakter sebagian pembacaku di blog pribadi.

Berbeda dengan Kompasiana yang jangkauan pembacanya lebih luas. Menulis di Kompasiana aku merasa perlu lebih berhati-hati dalam memilih diksi dan topik. Meski ya belakangan ini aku juga tak begitu membedakan antara gaya menulisku di blog pribadi dan Kompasiana

Tantangan dan Manfaat 'ODOP'
One Day One Post atau yang biasa disingkat ODOP memiliki sejumlah tantangan dan manfaat tersendiri. Tantangannya bisa jadi berbeda sesuai dengan pengalaman dan karakter tiap penulis.

Tantangan ODOP bagiku adalah soal mengeksekusi ide. Kadang-kadang ada ide yang menyeruak di benak. Aku ingin segera menulisnya. Tapi saat itu sedang rapat dan laptopku sedang kebagian dihubungkan ke layar. Aku tak berkutik karena harus fokus menjawab beberapa pertanyaan seputar hasil analisisku. Setelah ada waktu rupanya aku lupa beberapa hal yang ingin kueksplorasi dalam tulisan. Alhasil tulisanku jadi kurang bergizi dibandingkan apabila aku segera menulisnya saat itu juga.

Tantangan berikutnya soal waktu. Sehari 24 jam kadang-kadang terasa kurang. Aku menulis jika ingin dan jika ada waktu luang. Kadang-kadang aku menulis sambil menunggu KRL tiba. Di waktu lain aku baru bisa mengetik jelang waktu tidur.

Kalau dilihat-lihat di Kompasiana, kadang-kadang terasa jumlah pembaca saat mengunggahnya pada dini hari dibandingkan jam 9 pagi ke atas. Tapi karena menulis bagi sebagian orang bukan sekedar untuk meraih banyak pembaca, maka rasanya tak begitu perlu untuk dipermasalahkan.

Ketika menulis ODOP di blog pribadi agar tetap bisa kelihatan konsisten menulis tiap hari maka aku suka menimbun tulisan. Terutama jika ke luar kota. Kadang-kadang aku menulis hingga seminggu ke depan dan kubuat penjadwalannya. Yang tidak tahu maka disangkanya aku menulis tiap hari, padahal aku sibuk atau malah asyik berlibur hahaha. Di Kompasiana aku belum melakukannya. Kayaknya trik ini bisa kuterapkan juga.

Menulis tiap hari bisa bikin lebih kreatif | Dokumentasi: pixabay
Menulis tiap hari bisa bikin lebih kreatif | Dokumentasi: pixabay


Tantangan berikutnya soal ide. Untuk blog pribadi aku tak pernah bingung soal ide. Di sana aku menulis lebih bebas dan lepas, tentang apa saja. Di Kompasiana aku lebih pemilih. Kadang-kadang untuk sebuah topik aku bingung memilih, mau kutulis di Kompasiana atau di blog pribadi ya. Kalau nampaknya terlalu culun atau malah agak 'liar' sebaiknya kutulis di blog pribadi.

Bagaimana dengan manfaat menulis ODOP?
Menulis itu menenangkan. Aku setuju dengan pendapat bahwa menulis itu menyembuhkan jiwa dan merupakan makanan hati. Mungkin manfaat ini sama dengan ketika curhat kepada sahabat terpercaya dan bermain dengan hewan peliharaan.

Dengan menulis ODOP maka aku juga bisa melatih menulis agar lebih luwes, lebih banyak bermain kosakata dan pandai memilih diksi. Ada sebuah nasihat bijak bahwa mereka yang rajin berlatihlah yang akan menjadi trampil di sebuah bidang.

ODOP membuatku lebih banyak membaca dan tidak terkukung di zona nyaman. Dengan bersikap lebih terbuka maka aku bisa lebih mudah mencari ide tulisan.

Akhir-akhir ini jika aku membaca timeline di media sosial atau membaca sekilas percakapan di grup maka aku meng-capture hal-hal yang kiranya menarik untuk kueksplorasi menjadi bahan tulisan. Misalnya ketika kawan bertanya-tanya tentang cara berinvestasi yang praktis. Atau ketika ada netizen yang berkomentar sekarang twitter sudah rasa instagram karena banyak gambar bagus.

Cerita bisa didapat dari obrolan atau membaca status di medsos | Dokumentasi: pixabay
Cerita bisa didapat dari obrolan atau membaca status di medsos | Dokumentasi: pixabay

Yang terakhir, ODOP bikin otak terus bekerja. Otak jadi rajin mencari ide. Mungkin idenya sama dengan penulis lainnya, tapi bisa jadi eksekusinya berbeda berdasarkan latar belakang si penulis.

Omong-omong aku baru ODOP satu bulan lebih di Kompasiana. Masih begitu dini. Moga-moga aku bisa konsisten ODOP di Kompasiana seperti yang telah kulakukan di blog pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun