Kendaraan baru memasuki kota Purwakarta, aku melihat plang yang memajang tulisan "Sate Maranggi". Aku pun langsung menunjuk dan berseru,"Nanti jangan lupa santap sate maranggi ya,"
Setelah beberapa jam berkeliling kota Purwakarta, maka perut minta diisi. Terakhir makan pukul sepuluh pagi, jadi memang sudah waktunya untuk makan agar perut tak merintih dan jadi sakit.
Aku pun melakukan pencarian sate maranggi terdekat dan kami dituntun ke tempat makan sate yang lokasinya bisa dijangkau dengan jalan kaki dari Alun-alun Kota Purwakarta. Rumah makannya sederhana. Penampilannya biasa saja, rumah makan dengan meja dan bangku kayu panjang tanpa sandaran. Juga ada ruangan seperti kamar yang disulap menjadi tempat makan lesehan.Â
Tak ada AC, hanya kipas angin yang menempel di dinding. Dekorasinya juga minimalis. Tak apa-apalah, yang penting bisa makan kenyang dan nikmat.
Kami pun memesan 20 tusuk sate sapi maranggi untuk tiga orang. Sebagai menu pendamping kami memesan sop iga dua mangkok. Sambil menunggu kami mencari-cari minuman dingin. Hawa memang sedang gerah di Purwakarta dan kipas anginnya kurang mampu mengalahkan kegerahan ini.
Tak lama sop dengan asap yang mengepul pun terhidang di meja. Wah penampilannya sungguh menggugah selera. Sop dengan isian irisan tomat merah, daun bawang cincang, dan juga potongan daging dengan dan tanpa tulang. Hemmm aromanya membuatku berselera.
Menyusul kemudian hidangan utama berupa sate maranggi. Sate sapi ini dihidangkan polosan. Ada wadah dengan bumbu sambal kecap di meja jika suka menyantapnya dengan sambal kecap. Aku memilih versi polosan karena mempertajam kelezatannya.
Daging satenya empuk dan gurih. Kali ini aku jadi ingin menyantapnya dengan nasi. Nasi yang pulen dan hangat berpadu dengan sate yang nikmat. Makan malam yang memuaskan. Sebagai penutup adalah segelas teh manis.
Sate maranggi memiliki cita rasa yang berbeda dengan sate daging pada umumnya. Hal ini dikarenakan bumbunya berbeda. Ada tambahan ketumbar, juga ada bumbu jahe dan lengkuas sehingga rasanya lebih pekat dan menonjolkan rasa manis dari dagingnya. Konon nama penemu resep sate ini adalah Mak Anggi yang kemudian berubah nama jadi Maranggi.
Rumah Makan Maranggi Maskar Ajib ini berlokasi di Jalan Kusumah Atmaja No 4 Purwakarta. Tempatnya tak jauh dari masjid agung dan alun-alun. Maskar Ajib merupakan kependekan dari Masakan Karuhun Ajib. Pemiliknya adalah Pak Najib Siradj alias Pak Ajib yang memulainya dari depot mungil hingga berkembang seperti sekarang.
Selama malang melintang 30 tahunan konsep tempat makannya tetap sederhana dengan dapur di depan dan harga satenya yang tetap terjangkau. Pelanggannya dari masyarakat awam hingga tokoh besar seperti bu Megawati.
Wah aku merada puas kangen-kangenan dengan sate maranggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H