Bulan Ramadan telah berlalu, namun bukan berarti semangat dan inspirasinya juga telah larut. Masih ada bulan-bulan mendatang sebelum Ramadan kembali hadir pada tahun berikut. Berikut inspirasi dan semangat Ramadan untuk kuwujud.
Makan dan Minum Secara Berkecukupan
Selama Ramadan umat muslim menahan lapar dan haus hingga azan Maghrib tiba. Di sini esensi berpuasa menurutku adalah meningkatkan rasa simpati dan empati kepada mereka yang kekurangan.
Tidak semua orang bisa makan dengan cukup sebanyak dua kali tiap harinya. Ada yang hanya mampu makan sekali dengan lauk ala kadarnya. Banyak pula yang tiap harinya hanya makan sekedarnya karena upah atau hasil berjualannya tidak banyak.
Esensi Ramadan untuk menghargai makanan dan minuman akan kujaga. Aku dan pasangan rasanya perlu mengatur kembali strategi kami selama ini dalam membeli bahan makanan. Biasanya kami ke pasar dua minggu sekali dan kadang-kadang ke minimarket.Â
Rasanya aku perlu membuat daftar makanan yang ada sehingga ketika datang ke supermarket atau pasar maka aku dan pasangan akan tidak mudah terbujuk untuk beli ini dan itu, hanya berbelanja secukupnya yang kiranya benar-benar habis dan kuperlukan. Menimbun makanan tidak selalu hemat, terutama bahan makanan yang tidak tahan lama seperti tempe, tahu, sayuran, dan telur.Â
Selama ini kadang-kadang aku juga suka masak lebih banyak. Alasanku biar lebih praktis karena nanti tinggal dihangatkan. Tapi seringkali malah berakhir dibuang karena kelamaan disimpan di kulkas bikin rasa dan aromanya jadi tidak enak. Untuk itu aku berniat untuk memasak secukupnya, yang hanya akan habis untuk hari itu, kecuali untuk sambal yang bisa kusimpan beberapa hari ke depan.
Satu lagi penyakitku yaitu lapar mata, ketika melihat jajan pasar di bazaar atau kue-kue lucu di pusat perbelanjaan. Niat ini yang agak susah terlaksana, berupaya untuk tidak mudah lapar mata jika sedang berbelanja ke pusat perbelanjaan. Oh iya satu lagi aku juga akan berupaya menghemat penggunaan air, apalagi saat ini sudah masuk musim kemarau.
Lebih Banyak Berbagi dan Peduli Sesama
Ramadan mengajarkan seseorang untuk gemar berbagi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari aktivitas beramal ini yakni meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan di sekeliling.
Ada dari mereka yang telah bekerja keras sepanjang waktu dengan berjualan berkeliling dan sebagainya. Namun sayangnya kerja keras itu kurang setimpal dengan hasilnya.Â
Mereka masih saja kekurangan, namun mereka tidak ingin dikasihani, sehingga dari luar mereka nampak berkecukupan. Memang berhemat itu perlu tapi sesekali membeli hasil jualan mereka seperti nasi goreng, sate, tahu, buah-buahan, dan peralatan rumah tangga seperti sapu dan ember  juga tak apa-apa agar dagangan mereka laku dan dapur mereka tetap mengebul.
Di ranah maya juga banyak petisi berkaitan tentang lingkungan, seperti perjuangan masyarakat adat dalam memertahankan daerahnya agar perkebunan yang merusak hutan tidak merajalalela. Menurutku hal-hal seperti ini perlu didukung. Bantuan dan dukungan tidak selalu dalam wujud materi, tapi juga yang sifatnya dukungan moril.
Disiplin Waktu
Saat Ramadan, ada waktu sahur dan juga waktu berbuka puasa. Bangun pada waktu sahur itu terlihat berat tapi ternyata juga bisa dilaksanakan. Saat menjalankan ibadah dalam bulan Ramadan realitanya juga tak banyak mengganggu aktivitas karena waktu-waktunya jelas.
Ramadan memberikan semangat untuk lebih menghargai waktu. Metabolisme tubuh dikelola sehingga bisa cukup tidur, cukup energi untuk bekerja, dan cukup energi dengan makan pada waktu-waktu yang ditentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H