Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Marah Mengurangi Esensi Berpuasa

26 Mei 2019   17:45 Diperbarui: 26 Mei 2019   20:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia sejatinya bisa mengendalikan dirinya saat marah (bahan gambar:pixabay)

Menjaga hati adalah salah satu esensi berpuasa, selain tidak makan dan minum. Menjaga hati dan emosi ini agar tetap terkendali ini bukan perkara mudah. Terkadang ada hal-hal yang membuat amarah ingin meledak, meskipun pada bulan Ramadan.

Amarah bisa terjadi kapan saja. Termasuk ketika tiba di rumah.

Pulang dari kantor seperti biasa aku disambut para 'penggemarku'. Kucing-kucing nakal yang kini jumlahnya bertambah satu. Hanya Nero yang belum terlihat.

Di antara empat kucing tersebut, ada satu kucing yang paling nakal. Dia sepertinya memang memiliki 'DNA' nakal, karena ada saja ulahnya yang membuatku jengkel.

Kali ini ia naik ke atas rak dan mengambil ikan yang sekiranya buat jatah Nero. Duh aku kesal sekali, ingin rasanya menangkapnya lalu menjewernya. Oh tidak aku ingin mengguyurnya dengan segayung air agar ia kapok. Akhirnya dua rencana 'balas dendam' itu tak terjadi aku hanya mengusirnya keluar. Ia induk dari seekor anak kucing yang masih sebulanan. Mungkin ia makan untuk menambah air susu buat anaknya.

Hal-hal yang menjadikan marah itu bisa darimana. Dari yang sifatnya internal, diri kita sendiri dan lingkungan terdekat, seperti pasangan, keluarga, atau hewan peliharaan. Ada pula yang sifatnya eksternal, misalnya lingkungan rumah tangga, kemacetan, hoax di media sosial, dan sebagainya.

Sumber kemarahan yang sifatnya eksternal itu bisa muncul kapan saja. Misalnya, saat kita sudah rapi antri, ada yang menyela. Atau tiba-tiba motor yang kita tumpangi hampir disenggol mobil dari belakang yang melaju dengan kencang. Pada saat itu rasanya ingin mencaci-maki. Tapi ya marah-marah itu perlu energi. Sementara energi saat berpuasa patut dihemat.

Cara termudah yaitu menghindar. Lebih baik pada saat bulan puasa ngadem di rumah atau di kantor dan tidak sering bepergian sementara waktu. Waktu luang yang tersedia bisa digunakan untuk menulis artikel dan membaca.

Jikapun sumber kemarahan umumnya dari media sosial, maka porsi untuk membaca atau berinteraksi dengan media sosial juga bisa dikurangi. Kejadian pembatasan media sosial beberapa hari lalu ada minus dan positifnya. Positifnya kita bisa berpuasa medsos dan mengalihkan perhatian ke hal-hal lain yang lebih positif.

Apabila medsos sulit dihindari maka woles saja. Santai saja. Anggap saja yang menyebarkan hoax adalah oknum yang nasibnya bakal menyedihkan. Saat ini penyebar hoax sudah mulai ditangkapi karena efeknya besar di masyarakat. Untuk urusan hoax percaya saja deh ke pihak berwajib, jadinya hemat tenaga untuk marah-marah.

Sumber marah dari pihak internal biasanya yang paling sering ditemui. Biasanya aku atau mungkin kalian lebih bisa marah kepada orang yang kita kenal daripada orang asing. Kemarahan itu biasanya sesaat tapi bisa melukai perasaan seseorang. Kucing-kucing pasti sedih jika aku mengguyur mereka dengan air atau sekedar menjewernya.

Tips untuk Mengendalikan Marah
Agar meredakan amarah, maka bisa bernafas pelan-pelan lalu hitung 1,2,3. Biasanya amarah pun mereda. Jika amarah masih di ubun-ubun, ibu sering berpesan untuk membaca istighfar juga doa pelindung dari godaan setan dan memang lumayan manjur.

Apabila marah masih sulit terkendali maka esensi berpuasa belum kita raih. Memang marah tidak membatalkan puasa, tapi mengurangi esensinya.

Manusia sejatinya bisa mengendalikan dirinya saat marah (bahan gambar:pixabay)
Manusia sejatinya bisa mengendalikan dirinya saat marah (bahan gambar:pixabay)

Nabi Muhammad memberikan teladan untuk meredakan amarah. Dari yang kubaca di web almanhaj, Nabi melakukan berbagai cara untuk menghindarkan diri dari marah yaitu dengan diam, membaca doa perlindungan agar terhindar dari setan, berwudlu, mengubah posisi misal dari duduk menjadi berdiri, serta mengingat keutamaan mereka yang sanggup menahan amarah.

Dari web Rumaysho ada pesan Nabi yang menarik dan penting. Dalam hadits yang diriwayatkan H.R Bukhori no 6114 dan Muslim no 2609, Nabi Muhammad bersabda bahwa " Yang namanya kuat bukan yang pandai berkelahi. Yang disebut kuat adalah mampu menguasai dirinya apabila ia marah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun