Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Marah Mengurangi Esensi Berpuasa

26 Mei 2019   17:45 Diperbarui: 26 Mei 2019   20:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marah tidak bikin batal berpuasa tapi mengurangi maknanya (bahan gambar: pixabay)

Sumber marah dari pihak internal biasanya yang paling sering ditemui. Biasanya aku atau mungkin kalian lebih bisa marah kepada orang yang kita kenal daripada orang asing. Kemarahan itu biasanya sesaat tapi bisa melukai perasaan seseorang. Kucing-kucing pasti sedih jika aku mengguyur mereka dengan air atau sekedar menjewernya.

Tips untuk Mengendalikan Marah
Agar meredakan amarah, maka bisa bernafas pelan-pelan lalu hitung 1,2,3. Biasanya amarah pun mereda. Jika amarah masih di ubun-ubun, ibu sering berpesan untuk membaca istighfar juga doa pelindung dari godaan setan dan memang lumayan manjur.

Apabila marah masih sulit terkendali maka esensi berpuasa belum kita raih. Memang marah tidak membatalkan puasa, tapi mengurangi esensinya.

Manusia sejatinya bisa mengendalikan dirinya saat marah (bahan gambar:pixabay)
Manusia sejatinya bisa mengendalikan dirinya saat marah (bahan gambar:pixabay)

Nabi Muhammad memberikan teladan untuk meredakan amarah. Dari yang kubaca di web almanhaj, Nabi melakukan berbagai cara untuk menghindarkan diri dari marah yaitu dengan diam, membaca doa perlindungan agar terhindar dari setan, berwudlu, mengubah posisi misal dari duduk menjadi berdiri, serta mengingat keutamaan mereka yang sanggup menahan amarah.

Dari web Rumaysho ada pesan Nabi yang menarik dan penting. Dalam hadits yang diriwayatkan H.R Bukhori no 6114 dan Muslim no 2609, Nabi Muhammad bersabda bahwa " Yang namanya kuat bukan yang pandai berkelahi. Yang disebut kuat adalah mampu menguasai dirinya apabila ia marah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun