Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bermedsos Selama Ramadan, Woles Saja

17 Mei 2019   13:46 Diperbarui: 17 Mei 2019   13:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia negara ketiga paling berisik di medsos (dok. Hootsuite dan We Are Social)

Pada era digital ini rasanya sulit menghindar dari media sosial. Sebagian info lebih cepat didapat dengan media sosial. Namun, tidak selalu konten media sosial itu penting atau menarik. Kadang-kadang malah bikin kesal. Lantas apakah perlu kita berpuasa medsos saat bulan Ramadan.

Kehadiran media sosial memang menarik. Ia membuat banyak dari mereka yang awalnya tak tertarik memiliki ponsel berakses internet jadi penasaran.

Menurut data terbaru dari Hootsuite dan We Are Social yang dirilis April 2019, pengguna media sosial di dunia sangat besar yaitu mencapai 3,5 miliar netizen. Indonesia menjadi negara nomor tiga paling berisik di medsos, di bawah India dan China. Ini berarti ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk lebih menyukai membaca dan berbagai info lewat media sosial daripada mendapatkan informasi di portal berita.

Indonesia negara ketiga paling berisik di medsos (dok. Hootsuite dan We Are Social)
Indonesia negara ketiga paling berisik di medsos (dok. Hootsuite dan We Are Social)
Media sosial sendiri terbagi dari yang sifatnya jaringan berbagi informasi dan status (social network) seperti facebook dan twitter, lalu yang berbasis percakapan (messenger) seperti Line, BBM, WhatApp, dan media sosial yang berupa forum seperti Kaskus. Masing-masing memiliki keunggulan dan ciri khas. Yang paling laris untuk kategori social network masih dipegang Facebook, disusul Youtube. Sedangkan dari sisi messenger paling banyak digunakan adalah WhatsApp.

Informasi lewat Twitter, Facebook, ataupun Instagram biasanya lebih beragam. Isi kontennya pun berupa-rupa. Ada yang isinya memang bermanfaat dengan memberikan sejumlah tips dan informasi mendidik. Namun banyak pula yang berupa informasi sesat alias hoax, keluhan-keluhan, sumpah serapah, pertengkaran dengan menggunakan bahasa yang vulgar dan masih banyak lagi konten yang menyebarkan energi negatif.

Meskipun pemilu telah berlalu, masih banyak dari mereka yang belum move on. Inilah yang membuat bermedsos jadi kurang asyik. Namun ada banyak fitur di Facebook atau Twitter yang membuat kita bisa terhindar dari energi negatif. Kita bisa memilih menghindar dari postingan orang-orang tertentu dengan tidak mengikutinya, memblokirnya, atau jika dirasa kontennya sangat menganggu maka tinggal melaporkannya.

Pilih-pilih saja konten yang disukai saat bermedsos agar tehindar dari energi negatif (dok. Pixabay)
Pilih-pilih saja konten yang disukai saat bermedsos agar tehindar dari energi negatif (dok. Pixabay)
Oleh karena aku seringnya hanya membaca info-info film maka aku santai-santai saja bermedsos. Jikapun ada yang mengunggah konten yang menyulut emosi, aku woles atau santai saja. Mungkin ia tidak punya cara lain untuk mengeluarkan uneg-uneg atau kemarahannya sehingga harus posting seperti itu di ranah publik, pikirku.

Medsos jenis forum juga mudah untuk disikapi. Tinggal pilih-pilih diskusi yang ingin kita baca dan ikuti. Jika judulnya sudah memberikan alarm bakal membuat kita kesal, ya lebih baik dihindari saja.

Nah, yang paling susah itu adalah menghindari medsos jenis percakapan. Aku memiliki akun di Whatsapp dan dulu suka tiba-tiba dimasukkan ke dalam grup. Untunglah sekarang ada fitur agar kita tidak bisa langsung dimasukkan ke sebuah grup.

Di medsos jenis percakapan inilah menurutku hal-hal yang bisa membuatku kesal sulit dihindari. Hoax paling banyak disebarkan lewat medsos seperti ini dan yang makin membuat sedih banyak yang menelannya bulat-bulat dan kemudian menyebarkannya lagi sehingga efeknya seperti bola salju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun