Ada banyak perahu nelayan yang disandar di dermaga dan ditambatkan di depan rumah. Perahu-perahu ini digunakan untuk menangkap ikan, lainnya untuk keperluan wisata.
Di area perkampungan ini terdapat sebuah masjid. Masjid Jami Al-Misbah, namanya. Fasad bangunan dominan warna hijau dengan dua menara. Masjid ini nampak anggun.
Aku melihat ada semacam lapangan yang biasanya digunakan untuk panggung hiburan dan even lainnya. Sama halnya dengan jembatan, alas lapangan ini juga terbuat dari kayu ulin.
Ujung dari perkampungan ini adalah sebuah rumah makan anjungan. Ada beberapa rumah makan terapung di sini yang menyajikan masakan laut khas Bontang yaitu gami. Masih sore kami masih ingin menjelajahi tempat ini. Bagaimana kalau sambil berperahu?
Naik Perahu Yuk!
Ke Bontang Kuala jangan lewatkan wisata susur perairannya. Aku lupa bertanya apakah perairan ini merupakan air tawar, air payau, atau air laut. Kalau melihat lokasinya, sebenarnya kawasan ini sudah masuk laut, tapi nama perairannya di sekitar lingkungan Bontang Kuala adalah Sungai Api-api dan perairan di kawasan konservasi mangrove disebut Sungai Belanda. Mungkin kawasan ini adalah muara sehingga menggunakan nama sungai.
Kami mendapat tawaran naik perahu motor sederhana dari warga. Setiap ada kolong jembatan kami harus menunduk, takut kepala terantuk. Ada perspektif menarik ketika menyusuri perkampungan dari perahu. Kami juga beberapa kali berpapasan dengan perahu warga yang baru habis memancing ikan.