Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Antologi Rasa", Cinta Idealis Vs Cinta Realistis

17 Februari 2019   12:59 Diperbarui: 17 Februari 2019   13:16 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keara hanya seperti gadis biasa bukan party girl (dok. Idbookmyshow.com)

 "If you make a girl laugh, she likes you. But if you make her cry, she loves you," (Harris Risjad)

Harris (Herjunot Ali) menganggap ketidakhadiran Ruli (Refal Hady), sahabatnya, dalam acara liburan mereka ke Singapura, merupakan berkah. Jarang-jarang ia berduaan dengan Keara (Carissa Perusset). Momen ini akan digunakannya untuk mendekati gadis pujaannya tersebut. Sebaliknya, Keara merasa kecewa. Ia setuju bergabung ke liburan ini karena berharap bisa lebih dekat dengan Ruli. 

Keara, Harris, dan Ruli adalah tiga sahabat yang bekerja di sebuah perusahaan yang sama. Mereka saling berkenalan pada saat menjadi karyawan baru di lift. Pertemuan itu menjadi momen yang dikenang Keara dan Harris. Keara terpaku kepada Ruli. Sedangkan Harris kontan jatuh cinta pada Keara yang jelita. 

Ada sebuah momen memalukan yang membuat Keara mantap menjadikan Ruli sebagai kekasih idamannya. Sayangnya Ruli hanya melihatnya sebagai sahabat yang gemar clubbing dan menjadikan Denise (Atikah Suhaime) sebagai wanita idamannya. Meskipun Denise sudah menikah, ia selalu berharap kesempatan itu masih terbuka. 

Keara, Harris, dan Ruli masing-masing memiliki persamaan, cinta yang tak bersambut. Sebuah rentetan peristiwa membuat mereka dihadapkan dua pilihan, apakah tetap mempertahankan harapan tentang cinta yang idealis ataukah memilih kehidupan cinta yang lebih realistis. 

Keara bermimpi Ruli mencintainya (dok. Idbookmyshow.com)
Keara bermimpi Ruli mencintainya (dok. Idbookmyshow.com)
Filmnya Tidak Bagus Juga Tak Buruk 
"Antologi Rasa" menjadi salah satu pilihan film romantis yang layak ditonton saat valentine. Ada banyak harapan akan film ini apalagi diangkat dari novel populer karya Ika Natassa, yang sebelumnya sukses dengan "Critical Eleven"-nya, juga di bawah rumah produksi Soraya Intercine Films yang kondang akan kualitas panoramiknya. 

Aku sendiri juga berharap lebih pada film ini, apalagi novelnya menurutku juga lebih dinamis dibandingkan "Critical Eleven" yang relatif datar. Ada beberapa poin plus dan minus dari film ini yang kucatat 

Segi Plus 
"Antologi Rasa" memiliki sisi plus yang membuat film ini masih asyik dinikmati baik sendirian maupun bersama kawan atau pasangan. Tidak mudah memboyong sebuah novel yang begitu tebal ke dalam sebuah film berdurasi hampir dua jam. Sebuah novel bercerita lewat tulisan, sedangkan film menyampaikannya lewat gambar. Sutradara dan tim harus memilah-milah adegan yang penting dan mana yang dihilangkan. 

Menurutku Rizal Mantovani, si pembesut film, cukup berhasil memampatkan novel ratusan lembar tersebut ke dalam sebuah film layar lebar tanpa menghilangkan esensinya. Bagian-bagian yang hanya menjadi warna-warni dalam novel dibabat habis, yang menjadi fokus hanya hubungan ketiganya, Keara, Harris, dan Ruli. Bahkan Denise pun hanya diberi porsi yang minim.

 Adegan pembukanya langsung ke sasaran. Tak perlu bertele-tele, langsung ke inti permasalahan tentang kejadian di Singapura yang mengubah segalanya. Bagian-bagian pertemuan keempat sahabat itu hanya dijadikan kilasan flashback, sehingga menghemat durasi. 

Yang kusuka adalah bagian penutupnya. Dalam novel bagian penutup dibiarkan mengambang. Tapi dalam film, diberikan penutup yang bisa jadi akan menjadi kejutan bagi pembaca novel ini meskipun sebenarnya akhir kisah Keara bisa ditebak jika sudah menyimak "Critical Eleven". 

Ending-nya manis dan saya setuju dengan Raja Lubis, pengamat film, bagian pembuka dan penutup inilah yang paling menarik dalam film "Antologi Rasa" meski masih ada kesan ending-nya agak dipaksakan biar ada solusi. 

Poster Antologi Rasa (dok. IMDb/Soraya Intercine Films)
Poster Antologi Rasa (dok. IMDb/Soraya Intercine Films)
Dari sisi dialog awalnya ada kekuatiran. Pasnya penulis naskah adalah orang yang sama dengan penulis di "Supernova". Tapi rupanya Donny Dhirgantoro sudah belajar dari kasus tersebut sehingga tak serta-merta dialog dalam novel diboyong ke film. Donny juga bekerja sama dengan Ferry Lesmana dan Ika Natassa. 

Namun, memang masih ada monolog yang kepanjangan yang sebenarnya sudah tersampaikan lewat gambar. Monolog yang panjang ini agak membuat lelah mendengarnya. 

Nah, yang paling unggul dari film "Antologi Rasa" mengoptimalkan ciri khas Rizal dan Soraya Films, yakni gambarnya yang mewah dan indah. Adegan di Bali dan Singapura nampak panoramik. Rizal juga piawai membidik Keara sehingga emosi Keara saat sedih dan kecewa cukup terlihat. 

Sisi Minus 
Ada beberapa hal yang membatasi film ini sehingga tak kuberi skor tujuh hingga delapan. Berikut sisi kekurangan Antologi Rasa. Pemilihan Carissa Perusset sebagai Keara secara fisik menurutku sangat pas. Keara digambarkan sangat cantik dan Carrisa juga begitu jelita. 

Namun karena aku sudah membaca novelnya, Keara di sini seperti gadis biasa. Gadis muda yang naif dalam cinta. Padahal dalam novel, Keara suka sangat berpengalaman dalam cinta. Ia party girl, gadis hedon yang gemar pesta, mabuk, dan belanja. Ia juga intimidatif. Ia sebenarnya adalah Harris dalam wujud wanita, sehingga keduanya sebenarnya seperti cermin. 

Sebagai pendatang baru Carissa cukup lumayan dalam berakting ketika sendirian. Ia pandai menangis. Tapi ia tidak nampak penghobi fotografi ataupun pecinta berat John Mayer. Ia hanya berpura-pura suka motret dan suka John Mayer. 

Keara hanya seperti gadis biasa bukan party girl (dok. Idbookmyshow.com)
Keara hanya seperti gadis biasa bukan party girl (dok. Idbookmyshow.com)
Penunjukkan Refal Hady sebagai Ruli sebenarnya merugikan. Pasalnya penonton "Critical Eleven" sudah menganggap Refal sebagai Harris karena di sana ia berperan sebagai Harris. Pertukaran peran Refal sebagai Ruli bagi penonton yang sudah menonton "Critical Eleven" sepertiku terasa membingungkan. Beberapa kali aku menyakinkan diri bahwa Refal di sini adalah Ruli bukan Harris. 

Refal sebagai Harris di "Critical Eleven" dan sebagai Ruli di "Antologi Rasa" sebenarnya nyaris tak ada bedanya. Kecuali disebutkan oleh Keara bahwa Ruli itu alim dan rajin beribadah. 

Herjunot Ali sebagai Harris sebenarnya cocok-cocok saja. Namun di beberapa bagian ia nampak sangat berusaha keras untuk tampil tengil dan playboy. Dari segi penampilan malah Herjunot sebenarnya lebih pas sebagai Ruli daripada Harris. 

Ketika tiap karakter sendirian, akting mereka cukup bagus. Tapi ketika tiap karakter berinteraksi terasa kurangnya chemistry. Keara, Ruli, dan Harris bukanlah sahabat akrab yang sudah bertahun-tahun kenal. Mereka seperti orang baru yang dipaksa untul berakrab ria dan merasa tertekan akan tugasnya. Interaksi Harris-Keara, Keara-Ruli, dan Harris-Ruli kurang nyaman dilihat, masih nampak kakunya. 

Chemistry antar pemain tipis (dok. Idbookmyshow.com)
Chemistry antar pemain tipis (dok. Idbookmyshow.com)
Mungkin karena akting pemeran utama yang kurang luwes, juga chemistry yang minim antar pemainnya membuat emosi film uni kurang tersampaikan. Kurang mengaduk-aduk emosi. Sangat kurang berkesan. Yang terlintas setelah pulang hanya wajah Keara yang selalu rupawan. Keara di film yang jaim dan seperti the girl next door, bukan sosok Keara yang party girl. 

Biasanya aku suka membahas tembang-tembang dalam film. Di sini tembang film malah beberapa di antaranya mengacaukan emosi adegan. Terlalu ramai. 

"Film ini ditunggu, tapi kurang berhasil. Pemilihan pemerannya benar-benar ibarat pertaruhan yang sayangnya kalah. Tidak jelek tapi juga tidak bagus. Skor 6/10"

Detail Film: 

Judul Film: Antologi Rasa 

Sutradara: Rizal Mantovani 

Pemeran: Herjunot Ali, Carissa Perusset, Refal Hady, Atikah Suhaime, Angel Pieters 

Genre: drama 

Skor: 6/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun