Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Catatan FFI 2018, Dari Acara Kurang Greget hingga Diborongnya Piala oleh Marlina

17 Desember 2018   23:31 Diperbarui: 18 Desember 2018   08:25 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil menjadi juara umum FFI 2018 dengan meraih 10 piala citra (dok. Kompas.com)

Penganugerahan piala citra, ajang bergengsi bagi sineas perfilman,  telah berlangsung 9 Desember silam. Ada beberapa catatan yang kubuat ketika menyaksikan acara ini dari layar televisi. Dari acara yang terkesan kurang greget hingga diborongnya 10 piala citra oleh Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.

Festival Film Indonesia (FFI) hingga saat ini menjadi salah satu barometer perfilman nasional. Even ini merupakan ajang bergengsi bagi sineas perfilman nasional. Mungkin bisa diibaratkan Oscarnya tingkat nasional. 

Memang selain FFI ada beberapa ajang penganugerahan seperti Festival Film Bandung, Festival Film Tempo, Piala Maya, dan Indonesia Box Office Award (IBOMA). Masing-masing memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan pemenang. IBOMA, misalnya, memberikan penghargaan kepada film-film yang berhasil menjadi film laris.

FFI kali ini mundur dari jadwal sebelumnya yang diperkirakan diadakan bulan November. Ada empat film yang menjadi pusat perhatian karena banyaknya nominasi yang didulang. Keempatnya adalah Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (15 nominasi), Sekala Niskala (8 nominasi), Aruna dan Lidahnya (9 nominasi), dan Sultan Agung, Tahta, Perjuangan, Cinta (7 nominasi). 

Selain keempat film tersebut, beberapa film seperti Kafir, Lima, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, Love for Sale, Wage, 22, Kulari ke Pantai, Sebelum Iblis Menjemput, Wage, dan Chrisye juga meraih nominasi.

Aruna dan Lidahnya berhasil meraih 9 nominasi FFI tapi hanya membawa 1 piala citra (dok. Kompas)
Aruna dan Lidahnya berhasil meraih 9 nominasi FFI tapi hanya membawa 1 piala citra (dok. Kompas)
Keempat film di atas layak menjadi pusat perhatian dan mendulang banyak nominasi karena memang berkualitas. Marlina si Pembunuh telah berhasil meraih penghargaan di ajang Sitges Film Festival. Sekala Niskala juga banyak mendapat pujian dari kritikus mancanegara dan meraih penghargaan di Festival Film Berlin. Sultan Agung juga tak kalah pamor dengan meraih film bioskop terpuji di ajang FFB 2018. Sedangkan  Aruna dan Lidahnya, keempat pemainnya semua mendapatkan nominasi sebagai aktor/aktris utama dan pendukung terbaik.

Keempat film tersebut menjadi pusat perhatian dan banyak dijagokan. Namun, pertarungan utama terletak pada Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak versus Sekala Niskala. Dua-duanya banyak mendapat pujian termasuk dari kalangan pemerhati film mancanegara.

Film Bagus Citra Indonesia menjadi tema FFI 2018 (dok. Layar.Id)
Film Bagus Citra Indonesia menjadi tema FFI 2018 (dok. Layar.Id)
Aku sendiri ikut merasa tegang. Aku sudah menonton dua-duanya dan ikut-ikutan merasa bingung mana dari dua film tersebut yang terbaik. Ketika Marlina si Pembunuh akhirnya berhasil mengungguli Sekala Niskala dalam hal film terbaik dan sutradara terbaik menurutku tak masalah.

Ada yang nyinyir dan berkata Marlina banyak dimenangkan karena menjadi wakil Indonesia di ajang Oscar untuk kategori Best Foreign. Tapi menurutku Marlina juga pantas menang. 

Kedua film tersebut memang sama-sama bagus dan memiliki pesona tersendiri. Ketika kemudian Marlina berhasil memborong 10 piala dengan 4 dari kategori utama, bukan berarti film-film lainnya tak bagus.

Sultan Agung kurang promosi padahal filmnya menarik (dok. Kompas.com)
Sultan Agung kurang promosi padahal filmnya menarik (dok. Kompas.com)
Tentang Sekala Niskala dan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Aku termasuk yang bingung memilih di antara kedua film ini mana yang terbaik. Dua-duanya luar biasa. Kedua film ini berhasil menaikkan kualitas film Indonesia, menjadi salah satu barometer film yang disebut berkualitas.

Dibandingkan kisah Marlina, cerita dalam Sekala Niskala multiintepretasi, lebih berat. Hingga film selesai diputar aku masih terpekur tentang makna simbol-simbol yang banyak bertebaran di film tersebut. Kenapa hanya anak laki-laki yang sakit menyantap telur sesaji tersebut? Apakah cerita sepasang insan yang bereinkarnasi? Siapakah sosok anak-anak misterius itu? dan sebagainya

Sekala Niskala multiintepretasi (dok. LpmImpressi.com)
Sekala Niskala multiintepretasi (dok. LpmImpressi.com)
Meskipun bukan film horor, aku merasa bergidik ketika menyaksikan film tersebut sendirian. Ada nuansa mistis terutama ketika anak-anak misterius itu muncul pada saat bulan purnama dan ketika hadir di waktu-waktu tertentu. Ulasan lengkap di sini.

Dua film tersebut berbeda namun juga ada persamaan di antara keduanya. Kedua film sama-sama disutradarai oleh perempuan. Marlina si Pembunuh oleh Mouly Surya dan Sekala Niskala oleh Kamila Andini. Tokoh utamanya juga perempuan, Marlina diperankan oleh Marsha Timothy dan sosok anak perempuan bernama Tantri diperankan oleh Ni Kadek Thaly Titi Kasih.

Marlina kental dengan unsur Sumba (dok. Cinesurya)
Marlina kental dengan unsur Sumba (dok. Cinesurya)
Ceritanya juga sedikit memiliki benang merah yakni rasa kehilangan dan perjuangan. Marlina baru kehilangan bayi dan suaminya. Ia kemudian dituntut untuk menyerahkan harta benda dan kehormatannya. Ia kemudian tak tinggal diam dan berjuang. Ulasan komplit di sini. Dalam Sekala Niskala, sosok Tantri juga was-was bakal kehilangan saudara kembarnya, Tantra. Ia berjuang dengan caranya sendiri agar tetap dekat dengan saudaranya.

Kedua film ini juga lekat dengan kultur lokal yang lekat. Marlina kental dengan dialek Sumba dan musik lokal yang indah. Sedangkan Sekala Niskala lekat dengan budaya Bali, baik dari segi tradisi, tarian, bahasa Bali dan simbol-simbol. Ini menunjukkan kultur lokal Indonesia bisa menjadi unsur yang kuat dan memberi warna dalam sebuah film.

Kekurangan Penyelenggaraan FFI 2018
Penyelenggaraan FFI 2018 ini tak lepas dari kekurangan. Acara bergengsi ini jauh dari kesan glamour, bahkan terkesan kurang greget.

Suasana acara FFI di Taman Ismail Marzuki ini kurang meriah. Penonton  terkesan malas-malasan memberikan tepuk tangan. Musik dan kualitas  sound-nya kurang megah, pilihan lagu-lagunya kurang wah. Agak disayangkan karena pengisi acaranya sebenarnya berkualitas jempolan, seperti Dira  Sugandi, Dea Panendra, Monita Tahalea, dan Ayu Laksmi yang memainkan musik etnik. Mikropon Ario Bayu sempat mati saat ia menari sambil menembang membawakan salah satu adegan di Sultan Agung.

Beberapa pemenang juga tak datang di acara tersebut sehingga mengurangi kemeriahan. Namun yang agak disayangkan itu pemilihan pembaca pemenang. Ada sepasang pembaca pemenang yang masih remaja melakukan beberapa kali kesalahan, cengengesan dan salah membaca Wage menjadi Wej. 

Apakah mereka tidak mengikuti gladi resik dulu? Hal yang sama juga terjadi ketika di red carpet. Salah satu pembawa acara di red carpet terkesan berisik dan menyajikan pertanyaan yang tidak berbobot ke para nominator yang hadir.

Suasana FFI kurang greget (dok. AntaraNews)
Suasana FFI kurang greget (dok. AntaraNews)
Yang juga menjadi pertanyaan kenapa jumlah nominasinya tak seragam. Ada yang berjumlah lima, ada juga yang hanya tiga. Selanjutnya yang menjadi bahan diskusi di antara pemerhati film, perlu adakah kategori pemeran anak-anak? Apakah tidak sebaiknya dilebur ke kategori aktor/aktris utama/pendukung? Siapa 80 juri itu dan kenapa sebagian juri dipilih dari pemenang FFI sebelumnya?

Itulah beberapa catatan penyelenggaraan FFI 2018. Semoga penyelenggaraan ke depan bakal jauh lebih baik. Oh ya mudah-mudahan Marlina si Pembunuh bisa lolos menjadi nominasi film berbahasa asing di ajang Oscar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun