Pasalnya, perlu tenaga sekitar 3-4 penambang untuk membantu menarik dan menahan troli tersebut. Hahaha tarifnya sama dengan tiket pesawat Jakarta ke Banyuwangi sekali jalan. Tapi memang perlu tenaga ekstra untuk mengangkut pengunjung hingga ke atas.
Aku pikir rasanya kurang mantap jika ke gunung tapi dengan metode angkut, tidak dengan berlelah-lelah ke puncak dengan kaki sendiri. Tapi ternyata sebagian pengunjung berpikiran lain. Mungkin karena sudah merasa jauh-jauh ke Banyuwangi, sayanglah kalau tak ke Kawah Ijen. Namun, apa daya tenaga tidak prima.
Ketika aku turun, aku melihat beberapa pengunjung nampak was-was ditarik dan didorong penambang hingga ke puncak. Wah kayaknya lebih seram naik dengan troli, sensasinya gimana gitu. Kalau dari segi tenaga yang dikeluarkan pengunjung, naik troli ini kesannya di bawah jasa naik kuda yang banyak ditawarkan di Bromo.
Menurutku ide bisnis ini sama-sama menguntungkan, baik di pihak penambang maupun pengunjung. Penambang dapat tambahan penghasilan dan pengunjung bisa tetap ke puncak tanpa banyak tenaga.
Ada pula yang dengan sabar memapah seorang pengunjung menuju puncak dan kembali ke pos awal pendakian. Ya...ya...ya ada banyak cara menuju Kawah Ijen, bergantung pada kemampuan dan juga ketebalan dompet.
Usaha jasa angkut dengan troli ini dirasa menguntungkan bagi kaum penambang. Menjadi penambang belerang masih termasuk salah satu pekerjaan yang berbahaya. Selain ancaman gas belerang, juga ada ancaman gas beracun.
Biasanya penambang mampu membawa hingga 100 kilogram belerang setiap harinya. Mereka berjalan sekitar 10 kilometer bolak balik dengan jalanan yang menguras tenaga.
Untuk pekerjaan yang berat itu mereka mendapat upah yang tak sepadan. Satu kilogram belerang hanya dihargai sekitar Rp 1.200,-. Pekerjaan ini juga tak selalu ada karena beberapa kali Kawah ijen ditutup karena mengeluarkan gas beracun atau terjadi gempa vulkanis.
Lima tahun lalu aku ke Kawah Ijen sendirian. Saat itu bulan September dan cuaca sedang cerah, sehingga teman-teman yang baru melakukan pendakian cukup banyak. Beberapa hari Banyuwangi tanpa hujan. Pendakian berjalan lancar, sekitar dua jam berikutnya aku sudah tiba di puncak.