"Tengkorak" membuatku nyengir. Film ini benar-benar gokil dalam urusan gagasan cerita dan ramuannya. Sebuah film indie dengan bumbu science fiction yang unik.
Apa Kalian pernah ikut merasa ketakutan hanya karena sebuah penemuan yang menggemparkan dan desas-desus yang mengelilinginya? Sebuah kegemparan yang terjadi akibat penemuan tengkorak raksasa berukuran hampir dua kilometer ini tersaji dalam sebuah film "Tengkorak" yang rilis mulai Kamis (18/10).
Film ini diawali dengan bencana alam dahsyat yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 silam. Pasca bencana alam tersebut sebuah misteri tersibak.
Ada jejak raksasa dan ditemukan sebuah tengkorak raksasa di sebuah bukit oleh warga. Tengkorak ini berukuran 1850 meter dan diduga berusia 170 ribu tahun.
Tidak semua negara boleh terlihat melakukan penelitian. Ada misteri yang tetap harus menjadi rahasia negara. Muncul kemudian teori konspirasi, menyusul terjadi pembunuhan terhadap seorang wartawan muda.
Namun, kemudian isu-isu itu padam dengan sendirinya, hingga 15 tahun. Badan Penelitian Bukit Tengkorak masih berdiri dan terus melakukan penelitian. Mereka membuka lowongan pekerjaan. Salah satu mahasiswi bernama Ani pun tertarik. Ia tak sadar pilihannya itu hampir merengut nyawanya.
Apa yang sebenarnya ditemukan oleh BPBT itu? Teka-teki apa yang menyelubungi tengkorak raksasa tersebut?
Melihat trailer-nya "Tengkorak" Â kontan aku tertarik untuk menontonnya. Cuplikan adegan ketika tengkorak raksasa itu tersibak adalah bagian yang paling sedap. Sekilas tapi berkesan.
Cerita "Tengkorak" di awal mengingatkanku pada "Gerbang Neraka" yang dibintangi Reza Rahadian dan Julie Estelle. Sama-sama tentang penemuan menggemparkan yang mengundang reaksi beragam dari berbagai pihak.
Bedanya, "Gerbang Neraka" berangkat dari situs Gunung Padang yang masyarakat awam sudah ketahui. Sementara, penemuan tengkorak raksasa ini adalah sesuatu yang baru, gagasan yang orisinil.
Bagian terbaik dari kisah "Tengkorak" ini adalah bagian awal dan akhirnya. Di awal film diceritakan sudut pandang berbagai pihak dalam rupa dokumenter, dari masyarakat awam, pemuka agama, pemerintah, penulis, dan peneliti dari berbagai negara, juga lautan demo. Seolah-olah penemuan ini benar-benar nyata.
Cerita kemudian bergeser ke berbagai tokoh seperti Ani (Eka Nusa Pertiwi) seorang mahasiswi, Yos (Yusron Fuadi) seorang pembunuh profesional, seorang penulis, dan Letnan Jaka (Guh S Mana) yang memilih mengasingkan diri di menara.
Beberapa dari mereka awalnya tidak saling kenal, tapi kemudian terlibat untuk memecahkan misteri. Bagian akhirnya kemudian tak terduga. Agak mengingatkanku pada bagian cerita animasi lawas milik Ghibli, tapi tetap layak diapresiasi.
Untuk segi penokohan, karakter tokoh utamanya kurang tergali. Siapa Ani? Sepanjang cerita aku hanya tahu ia mahasiswi yang pintar menangis. Yos juga digambarkan sebagai pria 30 tahunan yang suka berurusan dengan pembunuhan. Ada beberapa pesan yang kurang tersampaikan, padahal tidak cukup hanya lewat tangisan-tangisan.
Pemerannya memang diisi oleh jajaran pemain yang namanya belum banyak dikenal. Mereka adalah seniman Yogyakarta.
Pembuatnya juga rumah produksi Akasacara bekerja sama dengan Vokasi Studios UGM. Dari segi kualitas akting sebenarnya lumayan baik, gestur dan dialognya luwes seperti keseharian. Oh ya karena latarnya di Yogyakarta maka dialognya banyak menggunakan bahasa Jawa. Tapi jangan kuatir karena ada subtitle-nya berbahasa Indonesia.
Gambar dengan kamera bergoyang di beberapa adegan terasa kurang pas dan menganggu kenyamanan menontonnya. Penggunaan animasi juga masih terbilang kurang halus dan kurang menyatu.
Oh ya untuk skoringnya penempatannya pas dan memberikan andil dalam menambah emosi dalam cerita "Tengkorak". Film ini juga mendapat pujian ketika tayang di berbagai festival film mancanegara, seperti Festival Film Asia 2017, Cinequest Film dan VR Festival 2018.
Oleh karena film ini hanya diputar terbatas di beberapa kota maka sebaiknya Kalian segera menontonnya. Ada kemungkinan karena layarnya yang sedikit dan ceritanya yang kurang komersil maka film ini akan segera turun layar. Â
"Sebuah film indie yang membuat sineas yakin bahwa gagasan cerita  tetaplah sebuah kontribusi penting. Meski masih ada beberapa segi minusnya, Tengkorak memberikan warna baru perfilman nasional dengan unsur science fiction-nya yang membumi. Skor 7.2/10."
Detail Film:
Judul: Tengkorak
Sutradara : Yusron Fuadi
Pemeran: Guh S Mana, Yusron Fuadi, Eka Nusa Pertiwi, Rukman Rosadi, Kedung Dharma, Wikan Sakarinto, Darwis Triadi, dan Giras Basuwondo
Genre : science fiction, misteri
Skor :7.2/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H