Musik dangdut beberapa tahun terakhir ini banyak mendapat perhatian masyarakat. Beberapa stasiun televisi rajin menyelenggarakan kontes dangdut yang seolah-olah sambung-menyambung tiada berakhir karena animo masyarakat yang tinggi. Musik dangdut sendiri juga cukup dikenal di Jepang. Di Amerika juga pernah terselenggara kontes dangdut. Nah, sebagai salah satu genre lokal, rasanya sayang jika tak mengenal musik satu ini.
Musik dangdut bukan salah satu genre favoritku. Namun, meski demikian aku juga tidak alergi dangdut. Aku suka mendengar lagu-lagu bang Rhoma yang kaya pesan juga lagu dangdut yang dipadukan electronic dance music (EDM) ala Ridho Rhoma. Grup Project Pop dan band Dewa 19 juga pernah membuat lagu yang memiliki unsur dangdut, yakni "Dangdut is The Music of My Country" dan "Sedang Ingin Bercinta" yang populer.
Omong-omong tentang musik dangdut, aku banyak mendapat ilmu tentang genre ini ketika menyambangi rumah "Hello Dangdut" di ajang Synchronize beberapa waktu lalu. Hello Dangdut diinisiasi oleh Badan Ekonomi Kreatif. Tujuannya, mengangkat dan memasarkan musik dangdut ke industri musik dunia. Setelah Jepang dan Amerika Serikat, maka negara-negara benua Eropa menjadi salah satu sasaran.
Dangdut dikenal dengan unsur musik kendang dan seruling. Dari Hello Dangdut, aku merasa takjub ketika mengetahui sejarah dari musik dangdut. Lagu dangdut pertama adalah "Boneka India" karya Ellya Khadam yang dirilis tahun 1962 dengan Orkes Kelana. Disusul kemudian dengan "Pelita Hidup" pada tahun 1968 yang dibawakan Titing Jeni, Oma Irama, R Sunarsih bersama Orkes Chandraleka.Â
Namun, pada waktu itu genre lagu tersebut disebut orkes Melayu. Istilah dangdut baru muncul awal tahun 1970-an. Istilah dangdut lahir di kalangan rocker Bandung untuk mengolok-olok jenis musik tersebut.
Lantas apa sebenarnya akar dari musik dangdut? Akar dangdut sebenarnya menarik untuk diteliti. Benarkah akar musik dangdut dari orkes Melayu yang di dalamnya terdiri dari orkes gambus dan orkes harmonium? Jika ya, maka ini adalah kenyataan yang unik dan menarik. Pasalnya kedua jenis orkes tersebut memiliki keragaman unsur Melayu, Arab, India, dan Eropa. Lagu-lagu orkes gambus dan orkes harmonium sendiri ternyata sudah diminati sejak tahun 1920-an oleh berbagai bangsa. Lagu-lagu tersebut banyak yang direkam dan disebarkan di Amerika, Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis.
Musik dangdut kemudian bermetamorfosis, yaitu kemudian lahir disko dangdut sekitar tahun 1990-an. Dangdut kemudian mulai dikenal di Jepang lewat tembang "Kopi Dangdut" yang  dipopulerkan Fahmi Sahab dan "Bisik-Bisik Tetangga" dari Elvy Sukaesih. Saking populernya dangdut masa itu di Jepang, tembang "Dangdut Reggae" dari Duo Campur DKI menjadi topik bahasan dalam episode film serial animasi "Chibi Maruko Chan" pada episode "My Favorite Song" yang ditayangkan tahun 1992. Di situ teman-teman Maruko diceritakan tengah menggandrungi lagu dangdut.
Memang tidak semua lagu dangdut seperti itu, masih banyak yang lirik dan musiknya berkualitas. Oleh karena semakin populernya dangdut maka kategori dangdut pun masuk dalam Anugerah Musik Indonesia sejak tahun 2007.
Saat ini dangdut semakin beragam dan semakin terkenal. Desainer Jepang, Yohji Yamamoto tak segan menggunakan dangdut sebagai musik pengiring peragaan busananya di Paris Fashion Week Spring Summer 2012. Kontes Dangdut di Amerika tahun 2016 juga ramai diikuti warga Amrik. Tak heran apabila kemudian lagu berunsur dangdut "Meraih Bintang" yang dibawakan Via Vallen menjadi salah satu lagu tema Asian Games 2018.