Asian Games 1962 merupakan salah satu even bergengsi tingkat Asia yang pernah diadakan di Indonesia. Menurutku even ini merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia. Oleh karena Asian Games 1962 bukan hanya tentang prestasi, tapi juga peninggalan fisiknya yang masih eksis hingga saat ini dan patut dipuji.
Film Indonesia tentang olah raga masih jarang. Yang populer di antaranya King, Tendangan dari Langit, Garuda di Dadaku, dan 3 Srikandi. Namun dibandingkan dengan film komedi dan film horor, penonton film berbasis olah raga tergolong tersegmentasi. Film 3 Srikandi, misalnya, yang dibintangi Bunga Citra Lestari, Tara Basro, dan Chelsea hanya mampu menjaring kurang dari 500 ribu penonton.
Lantas apakah karena kurang peminat maka film tentang Asian Games 1962 tidak layak dibuat? Menurutku Asian Games sangat layak dibuat film layar lebar. Bentuknya juga tidak harus film drama atau laga, melainkan juga bisa berupa film dokumenter yang dikemas artistik seperti film Banda: The Dark Forgotten Trail.
Kenapa Asian Games termasuk even olah raga bersejarah yang menarik difilmkan? Berikut lima alasannya.
1. Indonesia berupa keras sebagai negara di Asia yang diperhitungkan
Indonesia pada tahun 1962 termasuk negara berusia muda dan bukan negeri yang kaya.Namun Indonesia berupaya keras untuk tetap menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di Asia serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik.
Oleh karenanya Presiden Soekarno sampai rela melakukan pinjaman luar negeri untuk membiayai infrastruktur dan menyiapkan akomodasi Asian Games 1962. Pada saat itu dana didapat dari dana pampasan perang dari Jepang dan pinjaman US$12,5 juta dari Uni Soviet.
2. Situasi politik yang pelik tak jadi masalah dalam penyelenggaraan Asian Games 1962
Olah raga adalah urusan sportivitas tidak perlu bumbu intrik politik. Oleh karenanya lagu Slank (Non Political) Asian Dance itu pas. Dalam olah raga yang terpenting atau prestasi, kompetisi dan sportivitas. Lupakan sejenak pertentangan politik dan bersatulah untuk menyukseskan Asian Games.Â
Padahal pada awal tahun 1960-an politik Indonesia makin memanas dikarenakan ketidakstabilan politik, semakin menancapnya PKI setelah masuk sebagai partai empat besar pada pemilu 1955, adanya Dekrit Presiden, Â serta kondisi perekonomian yang makin memburuk karena hutang dan inflasi. Kondisi politik tersebut rupanya tak menyurutkan langkah untuk menyelenggarakan Asian Games 1962.
Olahragawan Indonesia berasal dari berbagai daerah. Dilekatkan oleh semangat persatuan dan nasionalisme, seluruh atlet dari berbagai daerah pun berupaya keras menunjukkan kemampuannya demi menyumbangkan medali bagi negeri. Meskipun mereka bertanding sekuat tenaga, mereka tak berharap pamrih.
Perjuangan mereka membuahkan hasil. Mereka menyumbangkan 11 medali emas,12 medali perak, dan 28 medali perunggu dari 372 medali yang diperebutkan. Olah raga bulutangkis dan balap sepeda menjadi lumbung perolehan medali.
Indonesia meraih posisi runner up dari 17 negara, di bawah Jepang. Sebuah prestasi hebat yang sayangnya sulit terulang pada masa kini. Tapi siapa tahu spirit 56 tahun silam memotivasi atlet-atlet untuk terus berjuang.
Dalam tur Napak Tilas Asian Gamwes 1962 yang diadakan Wisata Kreatif Jakarta aku mengetahui bahwa ada banyak bangunan yang didirikan dalam rangka menyambut Asian Games 1962. Bangunan-bangunan tersebut masih terpelihara dengan baik dan masih eksis hingga kini.
Pada masa itu dibangun Monumen Selamat Datang di Bundaran HI, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Gelora Bung Karno, dan juga TVRI. Hemmm jika tidak ada Asian Games 1962 belum tentu hingga akhir tahun 1960-an Indonesia memiliki bangunan-bangunan tersebut.
Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 1962 memang menyuntikkan semangat dan kepercayaan diri Indonesia sebagai tuan rumah dan negara yang memiliki atlet-atlet potensial. Namun, ajang ini ironisnya menuai  hukuman skors dari komite olimpiade (IOC) karena Presiden Soekarno melarang Israel dan Taiwan ikut serta dalam Asian Games 1962.
Hal tersebut kemudian mendorong Presiden Soekarno untuk menggagas even besar pesaing olimpiade.
Ganefo(Games of The New Emerging Forces) yang jarang dibahas dalam sejarah di sekolah-sekolah. Padahal,even Ganefo termasuk olah raga besar yang menyaingi olimpiade.
Ganefo yang diselenggarakan 10 November 1963 sukses diikuti oleh 2000 atlet dari 51 negara dari Eropa, Asia dan Afrika. Namun Ganefo setelahnya batal diadakan hingga lama-kelamaan pun bubar.
Ada banyak kisah menarik dan juga pahit dalam penyelenggaraan Asian Games 1962. Yang pahit dijadikan sebagai pengalaman agar tak berulang. Sedangkan kisah inspiratif seperti perjuangan atletnya dan semangat berbagai pihak menyukseskan Asian Games patut diteladani dan diikuti. Cerita-cerita baik pahit dan manis ini akan bisa lebih mudah tersampaikan ke generasi muda lewat sebuah film layar lebar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H