Menu lainnya yang dihidangkan ada selada mie, nasi kuning dan teman-temannya, juga bubur ayam. Sayangnya menu Gangan sedang tidak ada. Sedangkan kue-kuenya ada wajik, kue bugis, dan kue lapis.
Waktunya sarapan.
Aku mengambil kue wajik yang lengket dan manis, kemudian kue lapis yang legitnya pas. Ada jus kiwi yang asamnya sedap. Baru kemudian aku menyantap makanan yang berat.
![Mie Belitung patut dicoba (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/05/20180726-093151-640x360-5b670792bde575122d281c32.jpg?t=o&v=555)
Kalau diperhatikan memang bangunannya masih baru dengan desain balkon yang unik. Tempat ini nyaman bagi mereka yang ingin berlibur maksimal di Belitung karena bisa langsung bermain pantai sejak bangun tidur.
Usai sarapan aku menikmati berjalan di pantai yang airnya surut. Wah bulan Juli memang puncak musim kemarau. Hawa gerah dan sengatan matahari begitu terik menusuk.
Meski demikian aku nggak kapok kalau suatu saat ada kali ketiga dan kali seterusnya ke Belitung. Siapa tahu menginapnya juga di Santika Belitung.
![Pagi hari di bulan Juli matahari sudah terik (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/05/20180726-095016-640x360-5b670b4acaf7db130a74c314.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI