Apa jadinya jika unsur Wild West berpadu dengan cerita kolonialisme di Jawa? Kisah 3 pria yang kembali dari Amerika untuk menuntut balas pada masa penjajahan Belanda ini tersaji dalam film Buffalo Boys yang sejak Kamis (19/7) tayang. Mereka diikat oleh tali persaudaraan dan keinginan menuntut balas, tetapi masing-masing kemudian memiliki niatan berbeda.
Tiga pria tersebut adalah Arana (Tio Pakusadewo), Jamar (Ario Bayu), dan Suwo (Yoshi Sudarso). Jamar dan Suwo merupakan kakak beradik yang gemar mengikuti taruhan pertarungan ilegal. Sedangkan Arana adalah paman mereka yang mengasuh keduanya sejak bayi. Ketiganya bekerja di kereta api yang kehidupannya sangat keras. Hingga kemudian Arana mengingatkan niatan mereka kembali ke Jawa.
Ayah mereka, Sultan Hamza (Mike Lucock) tewas pada saat menghadiri perundingan. Ia dibunuh oleh serdadu Belanda, Van Trach. Kini ketika kembali ke Tanah Air, mereka melihat banyak penderitaan dialami warga. Mereka terancam kelaparan karena dipaksa mengganti bertanam padi dengan opium. Ketika menolong Sri (Mikha Tambayong) dan kakeknya (El Manik) mereka mendengar nama Van Trach yang kini menjadi pimpinan di daerah tersebut. Mereka pun menyiapkan strategi untuk menyelesaikan misi balas dendam tersebut.
Film Buffalo Boys sudah lama mengundang rasa penasaran para pecinta film Indonesia. Dalam trailer disuguhkan adegan laga dan atribut khas Wild West Amerika. Aku juga termasuk yang begitu penasaran dan ingin mengetahui aksi duet Ario Bayu dan Yoshi Sudarso dalam menghadapi serdadu Belanda.
Rasa ragu kemudian menerpa ketika beberapa kawan yang menonton lebih awal di Gala Premiere berseloroh jika filmnya buruk dan kurang direkomendasikan. Berhubung masih penasaran maka aku pun tetap menontonnya. Tapi, biar tidak terlalu kecewa nantinya maka aku pun tidak berharap banyak. Berbeda dengan pendapat sebagian reviewer, aku cukup terhibur oleh Buffalo Boys dan tidak merasa menyesal. Memang filmnya banyak kekurangan tapi tetap masih menarik untuk disimak.
Ario Bayu dan Yoshi Sudarso menjadi bintang dalam film ini. Keduanya digambarkan punya karakter dan kemampuan bertarung yang berbeda. Jamar lebih kuat dari segi fisik dan stamina, sedangkan Suwo lebih tangkas. Aksi laga mereka menarik untuk disimak, baik pada saat adu tembak dan adu senjata, maupun pada saat bertarung dengan tangan kosong.
Ario Bayu (Kala, a Copy of My Mind, Soekarno, AADC 2, Headshot) patut dipuji karena ia berupaya keras membentuk tubuhnya lebih kekar dan layak sebagai aktor laga. Ia sebelumnya sering menjadi tokoh polisi termasuk dalam film 22 Menit yang tayang bersamaan dengan Buffalo Boys. Aktor berusia 33 tahun ini termasuk aktor potensial dan sepertinya ia akan makin laris pada tahun-tahun mendatang.
Sedangkan Yoshi Sudarso lebih dikenal sebagai pemeran Power Rangers. Ia memang dikenal sebagai aktor laga dan stuntman sehingga gerakan bela dirinya cukup luwes.
Pemeran lainnya juga merupakan aktor dan aktris populer. Film ini turut dibintangi Donny Damara, Zack Lee, Donny Alamsyah, Alex Abadd, Sunny Pang, dan Happy Salma. Sebagian pemain diboyong dari film Headshot. Tak heran jika film yang merupakan debut sutradara Mike Wiluan ini memiliki sentuhan rasa Headshot, terutama dari segi kebrutalannya. Oleh karenanya film ini memiliki rating 17 tahun ke atas karena banyak adegan kekerasan bersimbah darah. Ketika aku mengecek filmografi Mike Wiluan, ia rupanya terlibat dalam Headshot sebagai produser.
Seandainya saja unsur film lainnya digarap dengan apik maka film Buffalo Boys akan banyak mendapat ulasan apik. Sayangnya poin minusnya juga cukup banyak.
Buffalo Boys kedodoran dari segi narasi. Idenya bagus tapi dari riset sejarah, pergantian adegan, dan dinamika cerita kurang tergarap dengan apik.