Ketika kami berjalan-jalan dan bertemu dengan polisi hutan, kami diajak untuk melihat penangkaran banteng. Asyiiik. Sssttt... jangan berisik dan dekat-dekat ya, pesannya.
Bantengnya terpisah dari hewan lainnya dan dipagari. Jumlah bantengnya tidak banyak. Mereka nampak sedang bersantai. Banteng termasuk hewan yang dilindungi. Mereka sudah terancam punah.
Jadi di sini kami bertemu rusa, kerbau, banteng, merak dan eh ada juga elang yang melintas serta berbagai jenis burung. Untung kami tidak bertemu ular, ajag, dan macan.
Selama dua hari di Baluran kami mendapat santapan nikmat di kantin Savana Bekol. Makanannya nampak sederhana, berupa nasi pecel di hari pertama dan nasi tempe penyet pada waktu sarapan hari kedua ditemani pisang goreng.
Sambalnya nikmat. Tempe berpadu dengan sambal plus ikan asin serta terong bakar. Wah nikmatnya. Pisang gorengnya juga sedap. Pisangnya matang dan manis.
Harga makanan di kantin tidak mahal. Rata-rata Rp 37 ribu untuk dua porsi makanan dan minuman seperti teh dan kopi. Aku mencobai Kopi Savana yang merupakan racikan mereka sendiri.
Masih Banyak yang Belum Tereksplorasi
Rupanya Taman Nasional Baluran ini sangat luas. Namun, medannya tidak semuanya bisa dilalui oleh kendaraan. Masih banyak kawasan yang belum kujelajahi. Aku sedih ketika membaca berita ada kawasan hutan jati di Baluran yang terbakar. Moga-moga tidak ada lagi kejadian seperti itu terulang, kasihan vegetasi, satwa, dan penjaga Baluran, serta warga di sekitar dan yang melintas di lokasi tersebut.
Mungkin suatu saat aku akan kembali ke Baluran.