Usai berkeliling museum mini tersebut, si Putih siap tempur untuk melakukan off-road. Rupanya jalanannya memang banyak yang tak mulus.
Sepanjang jalan kami disambut oleh tanaman yang kering seperti meranggas. Kemudian di bagian tengah, kami mendapati kawasan evergreen. Di antara pepohonan yang nampak meranggas terdapat hutan yang tanamannya selalu hijau. Setelah melewati evergreen kami kembali melalui pepohonan yang seolah-olah meranggas.
Setelah menempuh jalan yang kurang nyaman, kami kemudian disambut monyet. Lho kok monyet? Bukan rusa atau kerbau liar?
Mereka berlarian setiap kali ada kendaraan mendekat. Tampang mereka itu seolah-olah cerdas, bisa menduga jika ada kendaraan berarti ada manusia dan bakal ada makanan.
Duh aku jadi was-was. Aku punya pengalaman beberapa kali kurang enak dengan monyet. Aku jadi was-was.
Monyet-monyet itu memandangku dengan penuh minat. Wah tas mba itu kayaknya penuh makanan enak, mungkin seperti itu pikiran mereka. Untung pasanganku tahu aku was-was dan melindungiku.
Foto bersama pohon itu wajib. Pohon sendirian itu mirip dengan yang ada di The Tree of Life. Warna rumput dan pepohonan yang kuning kecokelatan ini terasa magis. Indah dan eksotis, seperti sedang di bagian lain Nusa Tenggara Timur dan di Afrika.