Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja Kebutuhan Lebaran Mulai Pindah ke Ranah Maya

9 Juni 2018   12:54 Diperbarui: 9 Juni 2018   12:53 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja daring semakin praktis (sumber: pixabay)

"Sudah beli baju baru buat lebaran?" Aku bertanya ke kawanku. Ia menjawab akan membeli akhir pekan ini di mal Depok. Ia balik bertanya. Pasanganku sudah membelikanku baju batik lengan panjang di marketplace. "Wah apa tidak was-was ukuran bajunya tidak pas?" ujarnya.

Spot belanja lebaran sudah sepuluh tahun ini sedikit demi sedikit kualami bergeser. Jika dulu aku mengandalkan pertemuan fisik antara penjual dan pembeli untuk membeli barang, saat ini aku merasa sudah cukup nyaman dengan membeli sebagian kebutuhan lebaran secara daring.

Kenapa beli baju baru pas lebaran?

Aku tidak tahu darimana dan mulai kapan ada kebiasaan membeli hal-hal serba baru pada saat lebaran. Dari baju, sepatu, sandal, hingga tampilan rumah inginnya semua terlihat baru.

Waktu masih kecil Ibu hanya membelikanku baju baru pada saat jelang lebaran. Baju-baju lainnya aku dapat dari warisan baju milik kedua kakakku. Oleh karena pembelian baju baru hanya diperoleh saat jelang ramadhan, maka proses belanja ini kami lakukan dengan serius agar dengan bujet yang tersedia bisa beli baju beberapa potong.

Saat masih kecil Ibu menggiring ketiga anaknya untuk belanja baju ke kawasan Kayu Tangan, Malang yang juga disebut Pecinan. Masa itu ada banyak toko pakaian yang berjajar di bilangan tersebut. Dengan naik becak dari rumah, kami pun bersemangat berbelanja sejak pagi hari. Kami juga harus bersabar karena Ibu membelikan baju buat masing-masing dari kami. Ibu sendiri jarang membeli untuk dirinya.

Biasanya proses belanja itu tidak terjadi sekali, tapi beberapa kali karena kakak kurang suka dengan modelnya dan ingin pindah ke toko lain. Aku sih senang-senang saja ikut berbelanja karena di hari-hari biasa kami jarang main ke pusat perbelanjaan.

Ketika department store mulai marak di Malang, kami pun mencoba berbelanja di sana. Tapi, favorit Ibu tetap berbelanja di kawasan Kayu Tangan. Kebiasaan kami berbelanja ramai-ramai pun mulai pudar ketika kami sudah remaja. Aku lebih suka belanja sendirian atau bersama kakak di department store dan factory outlet dekat rumah.

Aku mulai malas belanja baju ketika mulai kuliah di Surabaya. Sejak saat itu aku merasa kebiasaan belanja baju saat lebaran tidaklah penting. Tahu bahwa putrinya sudah malas beli baju baru, maka ibuku berinisiatif membelikanku baju-baju yang bisa kupakai pada saat hari lebaran pertama. Kebiasaan malas belanja ini berlanjut hingga aku bekerja. Ibu pun kemudian membagikan kain agar bisa kujahitkan dengan model yang kusukai.

Belanjanya Mulai Pindah Tempat

Selain baju, kebutuhan lebaran yang biasa kupersiapkan adalah kue-kue kering dan hadiah untuk keluarga, seperti baju koko untuk ayah, juga hadiah untuk keponakan.

Pesan makanan ke teman juga belum tentu memuaskan. Harga mede ini Rp 180 ribu tapi kualitasnya begitu buruk, mengecewakan (dokpri)
Pesan makanan ke teman juga belum tentu memuaskan. Harga mede ini Rp 180 ribu tapi kualitasnya begitu buruk, mengecewakan (dokpri)
Dulu aku memilih waktu yang kiranya agak sepi untuk berbelanja baju untuk hadiah di mal yang tak jauh dari rumah. Untuk kue keringnya sendiri aku membeli dari temanku. Namun aktivitas belanja ini makin tidak nyaman, antrian ke kasir panjang dan sulit mencari tempat berbuka. Belum lagi masalah kemacetan menuju dan kembali dari tempat perbelanjaan, serta mencari parkiran. Selain itu, harga kue kering yang ditawarkan teman-teman mulai tak masuk akal. Untuk setoples kue kering harganya sudah mencapai Rp 100 ribu. Memang sih tampilannya kekinian, tapi menurutku kemahalan.

Akhirnya aku pindah ke ranah maya. Sebagian sih. Beberapa kue kering yang jamak seperti nastar dan putri salju, aku membelinya di marketplace terpercaya. Harganya masih wajar dan ketika tiba di tempat pun kuenya masih cantik.

Karena sandalku sudah jelek maka aku juga membelinya via daring. Untunglah ukurannya pas. Saat ini beberapa marketplace menyediakan jasa pengembalian barang untuk kategori fesyen seperti sepatu, sandal, baju, jika ukurannya tidak pas sehingga tidak perlu terlalu kuatir.

Beli baju hadiah lebaran bisa via daring (dokpri)
Beli baju hadiah lebaran bisa via daring (dokpri)
Hadiah buat keluarga semuanya kubeli lewat e-commerce. Asyiknya beberapa waktu lalu ada berbagai promo, sekalian belanja sekalian mengumpulkan poin. Pasanganku kemudian menawarkan membeli baju batik untuk dipakai pas lebaran, aku pun mengangguk. Barang-barang itu sudah kami terima semua sesuai dengan harapan. 

Mengapa aku mulai pindah belanja ke ranah maya? Yang pertama adalah praktis. Aku tidak perlu pusing untuk pergi ke mal kemudian bersesakan, antri bayar, dan terjebak kemacetan. Pada saat jam istirahat atau pulang kerja aku bisa berbelanja, tidak perlu mengorbankan waktu istirahatku.

Yang kedua aku bisa punya banyak pilihan, dari soal model hingga harga. Ternyata ada banyak kue kering dan kue-kue lainnya dengan harga wajar yang enak. Banyak sepatu dengan kualitas bagus yang harganya juga murah meriah.

Nah, agar tidak kalap belanja aku pun membuat daftar belanjaan. Setelah semuanya terpenuhi maka aku harus acuhkan semua pesan promosi tersebut.

Belum semua barang nyaman untuk dibeli secara daring seperti bahan makanan segar dan aneka bumbu (sumber: pixabay)
Belum semua barang nyaman untuk dibeli secara daring seperti bahan makanan segar dan aneka bumbu (sumber: pixabay)
Yang belum bisa digantikan dengan layanan daring adalah belanja bumbu dan bahan-bahan untuk hidangan lebaran. Setiba di kampung halaman nanti aku akan membantu Ibu belanja di pasar tradisional dekat rumah. Kami akan belanja daging sapi, janur kuning untuk ketupat, bumbu-bumbu, petis dan sebagainya. Wah sudah hawa liburan lebaran nih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun