"Wah marah-marah, batal lho puasanya," Kakak menggodaku setelah berhasil mengerjaiku yang membuatku begitu kesal. Ujaran kakak itu membuatku terdiam dan marahku pun mereda. Benarkah puasaku batal,aku bertanya-tanya sambil melirik masakan Ibu yang baru matang.
Waktu masih kecil, kakak dan teman-teman sering mengingatkan ini dan itu terkait dengan hal-hal yang membatalkan puasa. Dulu pendapat guru satu dan lainnya juga kadang-kadang berbeda sehingga bikin kami berdebat aktivitas mana sebenarnya yang bikin batal puasa. Baru setelah lebih besar aku tahu perdebatan itu buang-buang waktu dan konyol karena sebagian di antaranya hanya mitos.
Mitos-mitos bulan puasa yang kuterima waktu masih kecil di antaranya adalah berikut. Kalian juga mungkin pernah atau malah sering mendengarnya.
"Jangan kumur-kumur saat puasa bikin batal lho".
Larangan ini menurutku rancu dan kurang konsisten. Karena salah satu rukun wudhu adalah berkumur sebanyak tiga kali. Jadi setidaknya ada tiga kali berkumur dari  Subuh hingga menjelang berbuka. Tapi ada juga yang menyebutkan berkumur itu adalah sunnah wudhu, bukan sesuatu yang wajib.
Terkait dengan ibadah puasa, maka berkumur-kumur pada saat puasa bukanlah hal yang membatalkan puasa. Jikapun ada yang memeringatkan untuk meninggalkan aktivitas tersebut, misalnya berkumur di luar wudhu, maka itu bukan berarti puasa serta-merta batal, melainkan masuk ke tindakan yang makruh.
"Kok gosok gigi siang hari pas puasa?"
Kegiatan berkumur di luar berwudhu itu sama halnya dengan menggosok gigi pada saat pagi, Â siang atau sore hari puasa. Kegiatan ini di satu sisi menguntungkan karena menjaga nafas tetap segar agar bisa percaya diri ketika berdiskusi dengan klien dan tidak mengganggu rekan-rekan lainnya. Kegiatan ini sih memang kurang penting bagi yang hanya beraktivitas di rumah, tapi dirasa perlu bagi yang sering bertemu dengan klien dan partner.
"Idih nangis, batal lho!"
Sudah bikin si adik nangis, eh kemudian malah diejekin. Kira-kira si adik bakal terus nangis nggak ya?
Menangis itu sebuah dorongan emosi. Bisa karena terharu, sedih, ataupun marah. Menangis tidak masuk kriteria yang membatalkan puasa dan sebaiknya tidak malah diejek. Malah sebenarnya seseorang yang bikin menangis si adik itu yang perlu merenung, apakah perbuatannya baik atau tidak.
Marah sama halnya dengan menangis bukan kegiatan yang membatalkan puasa, meskipun sebaiknya juga dihindari. Jika ingin tenang saat berpuasa lebih baik hindari orang-orang atau aktivitas yang bikin kesal. Jikapun kemudian marah tak tertahan maka menjauhlah dan kemudian menenangkan diri sejenak. Eh itu sekedar saran, aslinya menahan amarah itu berat.
Hahaha mitos ini yang paling kusukai dulu. Bulan puasa memang terkadang bikin lemas, jadi bawaannya ingin bermalasan atau tidur seharian. Tapi hal tersebut sangat tidak disarankan. Kecuali, jika dibandingkan dengan kegiatan maksiat, memang tidur lebih baik, setidaknya bisa beristirahat. Sayangnya tidur itu tidak masuk ibadah.
Meski tidur bisa menghemat energi, jangan sampai kebanyakan tidur dan malah tidak melakukan apa-apa saat berpuasa. Sebab, berpuasa itu sebenarnya tidak menghalangi seseorang untuk beraktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H