Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Cerpen | Jurnal Amal Ramadhan

30 Mei 2018   19:08 Diperbarui: 30 Mei 2018   19:20 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beramal bisa berupa apa saja (sumber: pixabay)

Masuk kembali ke sekolah setelah libur awal puasa terasa berat bagi Lala. Ia masih ingin berlibur di rumah, menikmati aktivitas Ramadhan bersama ayah dan ibunya.

Ia menguap ketika baru meletakkan ranselnya dan duduk di bangkunya. Rupanya, Nina, teman sebangkunya juga sama. Kelompak matanya nampak tertutup separuh. Ia mengusap-usap matanya, kemudian ikut menguap. "Aku masih ngantuk, Lala," keluhnya dengan perlahan-lahan. Ia menguap lagi. "Rasanya baru tidur sekejab, eh sudah dibangunkan sama Ibu,

Sepuluh menit kemudian bangku-bangku di kelas pun terisi penuh. Bel sekolah pun berdering. Tak lama Bu Nining, wali kelas pun memasuki kelas. Murid-murid pun memberi salam dipimpin Anita, si ketua kelas.

---

Hari itu waktu seolah-olah berjalan lamban. Setelah jam istirahat, murid-murid nampak semakin lemas. Bu Nining pun tersenyum, paham dengan kondisi fisik siswa-siswinya pada hari pertama masuk sekolah.

Ia kemudian mengumumkan sebuah proyek selama bulan Ramadhan. Murid-murid dengan antusias menyimak.

Proyek itu adalah sebuah jurnal tentang kebaikan selama bulan puasa. Murid-murid akan diminta mencatat aktivitas-aktivitas yang mengandung kebaikan setiap harinya. Catatan jurnal ini akan dikumpulkan sehari sebelum liburan lebaran.

Reaksi para siswa beragam. Anita nampak berbinar-binar. Senyum terulas di wajahnya. Ia sepertinya sudah paham maksud tugas tersebut.

Lain halnya dengan Lala. Ia menutup mata dengan kedua tangannya. Ekspresinya sulit ditebak, apakah ia kebingungan ataukah ia merasa enggan mengerjakan tulisan tersebut.  

Nina kemudian mengangkat tangannya. "Bu, maksudnya berbuat kebaikan itu apa?"  tanya Nina dengan polosnya. Anita meliriknya dengan bibir mencemoh, seolah-olah berkata, ah masak gitu saja tidak tahu.

Bu Nining menjawab dengan lembut. Kebaikan itu bisa berupa apa saja. Kebajikan saat bulan Ramadhan bukan hanya dengan beramal dengan uang, tapi juga bisa berupa hal-hal kecil. "Menyapu halaman membantu orang tua itu sudah merupakan kebaikan," jelasnya. Murid-murid pun mengangguk. Nina nampak sudah paham,wajahnya sudah cerah. Lala juga tak lagi menutup matanya. Ia nampak memikirkan sesuatu.

---

Dua minggu berlalu, sebentar lagi sekolah berakhir. Libur akan tiba sebentar lagi.

Lala sibuk mencatat dalam buku jurnalnya. Ia sebenarnya malu isi jurnalnya hanya itu-itu saja. Ia merasa rendah diri, aktivitas kebaikannya hanya itu-itu saja berulang. Ibunya membesarkan hatinya.

"Lala, Kamu sangat banyak membantu orang tua. Kegiatanmu nampak sederhana tapi besar maknanya bagi keluarga". Ibu menepuk-nepuk punggungnya lembut, menyemangatinya.

Keesokan harinya, murid-murid membandingkan jurnalnya satu sama lain. Ada yang malu-malu, tapi ada pula yang dengan bangga menunjukkan. Nina menunjukkan jurnalnya tanpa diminta kepada Anita.

Jurnal isi Nina menarik isinya. Di situ ditulis ia suka memberi makan kucing-kucing dan anjing liar. Ia menyisihkan uang jajannya untuk membeli pakan kucing dan anjing liar. Kadang-kadang ia membuatnya sendiri. Setiap pagi sebelum berangkat dan sore sebelum berangkat mengaji ia bagikan makanan tersebut. Jurnal tersebut dilengkapi dengan foto-foto kucing dan anjing jalanan. Jurnal punya Nina pun tak lama jadi bahan perhatian kawan-kawannya.

Sebagian murid-murid mengisi kegiatan dengan bersedekah serta beribadah sholat lima waktu dan sholat sunnah. Anita bahkan bersedekah tiap harinya. Ia juga telah berpuasa seharian penuh meski baru kelas dua SD. Kawan-kawannya pun memujinya.

Imron dalam jurnalnya bercerita jika ia rajin membantu membersihkan masjid. Ia membantu mengelap jendela dan mengepel masjid sehingga masjid tetap nyaman digunakan.

Lain halnya dengan Ajrina. Karena ia gemar memasak maka ia membantu ibunya menyiapkan takjil. Setiap hari ibunya membuat takjil yang dibagi-bagikan dengan gratis kepada masyarakat  di masjid dan di berbagai simpang jalan.

Lala tak berani menunjukkan jurnalnya. Ia malu jika dibaca kawan-kawannya. Ia baru mengambil jurnalnya dalam tas ketika Bu Nining minta jurnal-jurnal tersebut dikumpulkan.

Bu Nining membaca satu-persatu jurnal tersebut. Setelah itu ia memanggil nama pemilik jurnal dan memberinya nasihat singkat.

Ketika usai membaca punya Nina,  ia mengaku kagum. Ibu senang Nina juga punya kepedulian kepada hewan-hewan yang malang, pujinya.

Semua murid dipujinya dan dibesarkan hatinya. Ketika tiba pada giliran Lala, Lala pun maju dengan malu-malu.

Bu Nining tersenyum padanya. Ia berkata ia senang dan bangga punya murid seperti Lala. Sejak Subuh, Lala membantu orang tuanya berbelanja, kemudian menyiapkan makanan buat adiknya yang masih balita kemudian mengasuh adik-adiknya itu sementara Ibu dan Ayahnya bekerja keras di sebuah warteg. Sambil menjaga adik-adiknya, ia juga membantu menyiapkan bumbu dan mengiris-iris sayuran. Pekerjaannya begitu banyak untuk ukuran anak seusianya.

"Kamu murid yang baik, Lala. Ibu,orang tua dan kedua adikmu pasti bangga kepadamu". Lala pun sumringah dan wajahnya bersinar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun