Kabar duka kembali berembus dari dunia hiburan. Aktor kawakan Deddy Sutomo mengembuskan nafas terakhirnya hari ini (Rabu, 18/4). Selama puluhan tahun berkarir di kancah perfilman nasional, ada banyak prestasi yang didulang oleh aktor kelahiran Yogyakarta ini.
Deddy Sutomo sudah malang melintang di dunia seni peran sejak tahun. Puluhan film sudah dibintanginya, sejak tahun 1970-an. Namanya melambung ketika ia menjadi pendekar dalam film Pandji Tengkorak yang dirilis pada tahun 1971.
Selanjutnya ia bergabung dalam jajaran aktor dan aktris dalam film perjuangan beken berjudul Janur Kuning yang tayang pada tahun 1979. Film ini pernah kutonton waktu masih kecil di TVRI, tapi waktu itu aku belum tahu yang mana aktor bernama Deddy Sutomo.
Setelah Tutur Tinular III (1992) dan kemunduran film Indonesia, Deddy Sutomo pun kemudian vakum sebagai sineas perfilman. Ia memilih terjun sebagai pengusaha. Selain jadi pengusaha ia juga pernah terlibat di dunia politik. Ia pun terpilih sebagai anggota DPR pada pemilu tahun 2004. Ia pun berkiprah sebagai anggota dewan di bidang pendidikan (Komisi X).
Aku sendiri baru benar-benar mengenal aktor watak ini berkat perannya sebagai seorang pendeta yang bijak di film Tanda Tanya (2011). Waktu itu aku menontonnya di acara nobar KOMiK dalam rangka peringatan hari film nasional pada Sabtu, 7 April lalu.
Dalam film yang mengetengahkan keberagaman dan toleransi beragama ini ia menjadi sosok yang sejuk. Ia menjadi pendeta yang bersikap baik kepada semua pemeluk agama. Ia juga tidak mempermasalahkan ketika pemeran Nabi Isa dalam acara perayaan Paskah adalah seorang muslim.Â
Ia kemudian turut tampil dalam The Raid 2: Berandal. Tapi aku lupa perannya di situ. Baru pada film Mencari Hilal yang dirilis pada tahun 2015 namanya kembali moncer. Dalam film drama religi ini perannya sebagai Mahmud, seorang ustadz, pun mendulang prestasi. Ia mendapatkan penghargaan sebagai aktor utama terbaik pada Festival Film Indonesia 2015.
Dalam film Kartini (2017) ia juga tampil mencuri perhatian sebagai ayah Kartini, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Dalam film tersebut rasa gundah, kecemasan akan putrinya Kartini yang masa itu dianggap kontroversial benar-benar terlihat. Dalam film ini ia kembali dinominasikan sebagai aktor utama pria terbaik pada FFI 2017, tapi kemudian Piala Citra jatuh ke Teuku Rifnu Wikana.
Kini aktor berusia 76 tahun ini telah berpulang ke alam baka. Pecinta film nasional pun berterima kasih atas kontribusinya di kancah perfilman nasional selama ini. Selamat tinggal dan semoga selalu damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H