Wah aku saat itu agak kesal tapi ketika melihat si pramugari menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh mereka yang duduk di sebelah pintu darurat itu aku pun jadi maklum. Memang perlu fisik yang kuat untuk dapat membuka pintu darurat tersebut dan kemudian membantu para penumpang untuk proses evakuasi.
Mereka yang duduk di dekat pintu darurat harus benar-benar paham tata cara untuk melakukan evakuasi dari penjelasan pramugari dan juga dari kartu petunjuk keselamatan. Panduan ini berbeda dengan yang dijelaskan oleh pramugari saat mendemokan prosedur keselamatan kepada para penumpang. Panduannya lebih terinci tentang pengoperasian pintu darurat.
Tugas lainnya pada proses pendaratan darurat selain membuka pintu darurat yaitu membantu awak pesawat untuk melakukan proses evakuasi penumpang. Wah memang tugasnya cukup berat sehingga aku jadi lebih lega tidak berada di kursi tersebut.
Biasanya anak-anak dan wanita tidak disarankan di sebelah pintu darurat, terutama berkaitan dengan fisik, kedua juga terkait dengan beban dan tanggung jawab keselamatan. Namun jika penumpang perempuan itu sehat, kuat, dan mampu memikul beban juga sebenarnya tidak masalah duduk di sebelah pintu darurat tersebut.
Gara-gara pernah berada di baris kursi pintu darurat, aku jadi lebih perhatian terhadap kondisi pesawat. Biasanya aku ogah-ogahan memerhatikan pramugari mendemokan prosedur keselamatan dan juga enggan mencari tahu posisi pintu darurat. Sejak itu aku jadi suka memerhatikan isi ruang pesawat dan juga posisi pintu darurat. Oh  ya pintu darurat itu tidak boleh dibuka pada kondisi normal karena dapat membuat oksigen dalam kabin berkurang, penumpang yang sedang berjalan akan terlempar keluar, dekompresi hingga pesawat lepas kendali.
Serba-serbi Pendaratan Darurat
Pesawat memang didesain sebagai alat transportasi yang aman. Namun, manusia tetap tidak boleh lengah karena bisa jadi terjadi berbagai hal yang menyebabkan pesawat harus melakukan pendaratan darurat. Faktor-faktor penyebab pendaratan darurat itu beragam, bisa karena faktor cuaca, faktor teknis, dan juga faktor lainnya.
Kasus pendaratan darurat beberapa kali dialami oleh maskapai dalam negeri. Pada Juni 1988 Merpati Nusantara rute Jakarta ke Polonia terpaksa mendarat darurat di landasan rumput. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada sistem hidrolik pendaratnya.Â
Kasus pendaratan darurat juga dialami oleh Garuda Indonesia rute Mataram-Yogyakarta-Jakarta. Pada Juanari 2002, pesawat tersebut harus melakukan pendaratan darurat di Bengawan Solo. Alasan utama pendaratan darurat adalah  cuaca badai dan kerusakan mesin. Akibatnya pilot terpaksa mendarat darurat di sungai. Kemudian pada 19 April 2007 Trigana Air Fokker 27 harus melakukan pendaratan darurat di ujung bandara Wamena, Papua, gara-gara salah satu bannya pecah. Selanjutnya, pada 2 Juni 2015 Garuda Indonesia Boeing 737-800  rute Jakarta-Makassar tergelincir sehingga penumpang langsung dievakuasi. Pada kasus tersebut seluruh penumpang selamat.