Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Nambah Ilmu Literasi Beragam Topik di GWRF 2018

8 April 2018   15:10 Diperbarui: 8 April 2018   15:30 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jasmin suka terinspirasi dari fenomena sosial untuk komiknya (dokpri)

Jasmin suka terinspirasi dari fenomena sosial untuk komiknya (dokpri)
Jasmin suka terinspirasi dari fenomena sosial untuk komiknya (dokpri)
Idenya sendiri dari hal-hal sederhana. Awalnya ia suka bosan jika dosen lebih banyak menyampaikan teori. Di sela-sela mendengarkan penjelasan dosen, iapun menggambar. Ia menggambar murid yang jenuh mendengar dosen. Selain banyak dapat ide dari aktivitas di perkuliahan, ia juga banyak sumber gagasan selama di perjalanan dan ketika melihat fenomena sosial.

Ia selalu siap dengan catatan di hape. Setiap ide meluncur iapun segera rekam. Baginya ide membuat komik tak harus muluk-muluk. Bisa dari fenomena sosial ditambah sedikit hiperbola, jadi deh.

Coretan Jasmin terkesan sederhana. Ia beralasan semakin ringan gambar maka semakin jelas punchlines-nya.

Bagaimana Jadi Novelis Horor dan Thriller?

Usai mendapat gambaran tentang membuat komik, akupun pindah ke ruangan sebelah, masih di perpusnas lantai 4. Sebenarnya aku juga ingin terlibat di diskusi bersama Tere Liye di lantai 2, tapi kupikir-pikir pesertanya pasti sudah berlimpah dan banyak yang menuliskan. Akhirnya aku memilih sesi diskusi Antimainstream dengan Cerita Horor dan Thriller bersama Ade Igama, Lexie Xu, dan Hana Mizukimega.

Ada banyak ide seputar tema horor dan thriller, bisa tentang horor hantu yang seram, atau horor bercampur komedi dan kisah romantis. Tapi bagaimana jika penulisnya sendiri takut dengan cerita seram, bagaimana antisipasinya?

Hana sendiri mengaku jika ia anak indigo. Banyak kisah seram bersumber dari pengalamannya, jadi sepertinya hal tersebut sudah biasa dialaminya. Sedangkan Lexie juga sering takut sendiri. Ia mengukur apakah cerita horornya seram atau tidak dengan mengucapkan kalimat atau dialog dalam ceritanya. Jika ia ketakutan sendiri jadinya memang ceritanya berhasil. Agar tidak terlalu menakutkan maka ia suka menyisipinya dengan adegan komedi. Kan jarang-jarang saat lari ketakutan itu tokohnya malah terpleset atau melakukan hal konyol lainnya, jelasnya. Sedangkan Ade menyarankan untuk menulisnya pagi atau siang hari.

Penulis bisa menggunakan outline ataupun tidak (dokpri)
Penulis bisa menggunakan outline ataupun tidak (dokpri)
Ade menambahkan, ia suka mengeksplorasi suasa horor. Seperti apa sih psikologis seseorang saat berada di situasi tersebut. Ia juga ber-brain storming untuk perwujudan hantunya, semakin terdeskripsi dengan detail maka akan semakin bagus. Pasalnya, tujuan menulis horor atau thriller adalah membikin takut dan tegang pembaca.

Ade Igama dan Lexie berbagi tips. Yang utama dalam membuat novel adalah premis, karakter dan kemudian batasan karakter. Jika karakter A mendapat perlakukan khusus maka ia bereaksi seperti apa. Modal ini bisa dikembangkan untuk genre apapun termasuk horor. Ade kemudian menambahkan  jika penulis bisa memilih antara membuat outline atau tidak. Stephen King termasuk yang tidak suka membuat outline. Ia hanya membuat karakter dan memiliki ide. Ia menyusun ceritanya perlahan-lahan yang ia ibaratkan menggali fosil.

Ngobrol Macam-macam Bersama Maman Suherman

Pada sesi sebelumnya dengan tema Menggerakkan Literasi Melalui Media Sosial, kang Maman Suherman dan Bernard Batubara membahas banyak hal, dari peran pustakawan, isu terkini di medsos terkait literasi, dan tentang plagiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun